Chapter XVII

1.5K 247 16
                                    

Wendy terbangun karena sinar matahari yang menembus jendela kamarnya begitu terang, sampai-sampai matanya seperti merasa dipaksa untuk terbuka. Ia merasakan ada seseorang yang tidur disebelahnya. Wendy tersentak namun tubuhnya kembali rileks setelah menyadari siapa yang berbaring disebelahnya.

"Jaehyun..." Sapanya parau dengan matanya yang masih setengah terbuka. Jaehyun tersenyum tampan ke arahnya kemudian kembali membaca buku dengan rambut yang tak beraturan, sama-sama baru bangun dari tidurnya. 

"Hei." Sapa balik Jaehyun.

Mereka terdiam. Setelah Jaehyun mengatakan ia mencintainya, Wendy menjadi canggung dengan Jaehyun. Wendy masih tidak yakin mengenai perasaannya karena ia merasa semua terjadi begitu cepat. Jadi sampai sekarang Wendy belum memberi jawaban apapun.

Jaehyun sendiri tidak mengharapkan jawaban cepat dari Wendy karena ia bahkan terkejut dengan pengakuannya sendiri kemarin. Ia tidak mengira akan terjadi di situasi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Menyatakan cinta kepada perempuan yang notabene nya adalah adik tirimu, kau tindas bertahun-tahun, kau membencinya bertahun-tahun, dalam kondisi dia baru saja melawan seorang pria yang berusaha memperkosanya? Ayolah. Semua itu bukanlah situasi yang ideal.

"Aku mau bersiap untuk sekolah. Kau mau bersiap duluan atau...?" Tanya Jaehyun memecah keheningan canggung yang sudah terjadi hampir selama 15 menit lamanya. "Tidak, silahkan kau bersiap duluan. Aku masih harus menyiapkan sarapan untuk Jeno dan Lami." Jawab Wendy.

Jaehyun masuk ke kamar mandi sedangkan Wendy keluar dari kamar untuk memulai harinya sebelum sekolah. 

...

Wendy masuk ke kamar Jeno dan Lami, mendapati kedua anak itu masih terlelap. Wendy berjalan pelan ke arah kasur Jeno, duduk secara perlahan kemudian menatap wajah kedua anak itu dalam diam.

Wendy akui ia dan Jaehyun kewalahan dengan keberadaan dua anak ini di Moonstone. Peperangan, sekolah, sambutan sana sini, tidak ada waktu bagi mereka untuk memperhatikan atau menjaga Jeno dan Lami.  Wendy sempat terpikirkan untuk menitipkan dua anak ini di rumah Yunho sampai mereka menyelesaikan masalah mereka.

Namun Wendy tidak yakin karena sekalipun kepala sekolahnya itu sudah seperti seorang ayah baginya diluar urusan sekolah, tetap saja ia tidak bisa merepotkan orang lain begitu saja.

Jaehyun mengintip dari pintu untuk melihat apa yang Wendy lakukan di dalam sana karena ternyata Wendy belum menyentuh dapur sama sekali. Jaehyun tidak berani bersuara ketika melihat Wendy melamun sambil menatap wajah Jeno dan Lami.

Wendy berdiri dan tidak terlihat berencana untuk membangunkan kedua anak itu. Ia menoleh ke arah pintu dan mendapati Jaehyun yang tengah bersender di daun pintu dengan celana hitam, kemeja putih seragam Moonstone, dasi berwarna maroon, kedua lengan kemeja dilipat hingga siku. Ia melipat kedua tangannya didada.

"Aku bisa mendengar isi kepalamu bahkan saat aku masih di kamar sana." Ujar Jaehyun. Wendy hanya bisa merunduk mendengar hal tersebut. Ia tidak akan pernah terbiasa dengan fakta bahwa Jaehyun sangat peka terhadap dirinya sehingga ia sering tidak mengontrol isi kepalanya. Ia selalu lupa kalau Jaehyun dapat mendengar isi kepalanya.

"Aku tidak dapat berkata tidak Wan. Jujur aku pun kewalahan. Pikiranku seperti terbagi-bagi dan aku sering merasa bersalah menelantarkan mereka di basement seperti ini tanpa orang tua yang mengawasi." Jaehyun juga mengutarakan apa yang ia rasakan selama ini.

"Jadi kita harus bagaimana?" Tanya Wendy meminta pendapat. Jaehyun tersenyum tipis mendengar pertanyaan Wendy. Ia senang akhirnya Wendy terbuka untuk mendiskusikan sesuatu yang seharusnya diselesaikan bersama-sama. Selama ini Jaehyun selalu mendengar pikiran Wendy yang sibuk tanpa berusaha menyelesaikannya bersama, itu membuat Jaehyun tidak berani mengambil inisiatif karena ia tidak mau membuat Wendy merasa tidak nyaman.

THE EARLY MARRIAGE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang