Chapter XXXVI

1.1K 192 16
                                    

Wendy, Jaehyun, Yeri dan Younghoon sampai di makam kedua orang tua Wendy. Wendy memutuskan untuk mengajak Yeri dan Younghoon juga mengingat hubungan mereka berdua ternyata sangat serius. Younghoon sudah membawa Yeri kepada keluarganya dan berniat untuk melamar Yeri yang saat ini akan beranjak ke tingkat 3, tak lama setelah ia lulus dari Canes Venatici.

Jaehyun tidak se-protektif dulu namun ia sudah jauh lebih menerima dengan fakta bahwa Younghoon serius untuk meminang adik bungsunya itu dan rela melawan fakta bahwa ia akan memiliki kakak ipar seorang The Phoenix yang sudah pasti tidak akan setengah-setengah memberi hukuman jika ia melakukan kesalahan fatal kepada Yeri. 

Makam yang ternyata berada di atas bukit itu berhasil membuat Wendy menghela nafas lelah dan duduk di atas rumput hijau mencoba meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Jaehyun memberikan botol minum kepada Wendy dan mengusap lembut perut juga punggung Wendy.

"Sudah kubilang juga apa, kita pakai sihir saja naik kemari. Dasar keras kepala." Omel Jaehyun pada Wendy. "Iya maaf, aku lupa aku hamil besar." Jawab Wendy menyesal telah nekat berjalan menaiki bukit. "Bagaimana bisa kau melupakan perutmu yang sebesar itu? Kita pulang pakai sihir saja! Kalau kandunganmu kenapa-napa bagaimana!?" Yeri ikut mengomel.

"IYA BERHENTI MENGOMELIKU! ㅠ.ㅠ" Wendy merengek minta ampun ketika dirinya diserang oleh dua orang sekaligus. "Ish! Kasihan Wendy jangan di marahi! Dia sedang kelelahan begitu." Younghoon menjitak kepala Yeri lalu membantu Jaehyun mengipasi Wendy yang kini terlihat sudah membaik.

Jaehyun, Younghoon dan Yeri duduk mengelilingi 2 batu pusara tanpa nama yang ternyata hanya satu-satunya makam di seluruh ladang rumput tersebut. "Ini mereka berdua!" Ucap Wendy memecah keheningan.

Wendy mulai berbaring diantara dua gundukan tanah yang sudah sama-sama hijau karena telah ditumbuhi rerumputan. "Mungkin ini rasanya jika aku tidur dengan mereka..." Ucap Wendy lirih sambil memejamkan kedua matanya dan tersenyum merasakan angin sepoi-sepoi yang menenangkan jiwa.

Jaehyun tersenyum sendu sambil mengusap lembut kaki Wendy yang berada tak jauh dari gapaiannya. Yeri sudah menangis dalam diam sedari tadi di pelukan Younghoon karena merasa tidak tega melihat Wendy yang menahan banyak sekali beban berat di hidupnya.

"Apa kalian sudah siap untuk berbicara dengan mereka berdua?" Tanya Wendy yang lalu menjulurkan tangannya ke udara. "Bantu aku bangun. Perutku mengganjal. Aku tidak bisa bangun." Ucapnya langsung membuat Jaehyun terkekeh lalu Jaehyun menarik kedua tangannya agar Wendy bisa bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk.

Wendy menoleh dan mendapati Yeri yang menangis. Wendy tersenyum lalu menarik nafas dalam-dalam. "Kenapa kau menangis? Kau membuatku jadi ingin menangis juga!" Ucap Wendy yang kini tidak dapat membendung rasa sedihnya. Tak dapat ia pungkiri ditambah dengan hormonalnya, emosi yang ia rasakan jadi jauh lebih lebay dari biasanya.

Wendy mengusap kedua matanya dengan cepat ketika air mata turun ke pipinya. "Kau boleh menangis love. Jangan ditahan." Ucap Jaehyun lembut sambil mengusap lembut pipi Wendy. "Tidak. Nanti tidak bisa berhenti." Wendy menggelengkan kepalanya.

"Baiklah. Aku akan menjemput mereka, nanti aku kembali bersama mereka berdua. Ok? Tunggu sebentar. Dan tolong biarkan tubuhku bersender padamu Jae." Pinta Wendy yang lalu duduk diantara kedua kaki Jaehyun dan menyenderkan tubuhnya kepada sang suami.

Wendy memejamkan matanya.

...

Kini Wendy berada di sebuah dunia yang ia kenali sudah pasti bukan dunianya. Ini seperti surga, terlalu indah untuk berada di dunia. Ia mulai mencari keberadaan kedua orang tuanya yang biasanya sering berbincang di dekat air terjun.

THE EARLY MARRIAGE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang