Keesokan harinya Wendy terbangun cukup pagi. Ia melihat Jaehyun masih terlelap di sebelahnya. Wendy tersenyum lalu mengusap lembut rambut Jaehyun yang berantakan. Ia dan Jaehyun belum membahas kapan mereka akan datang kepada orang tuanya dan meminta restu untuk menikah.
Di dunia mereka, tukar cincin adalah kata lain dari pernikahan. Hanya saja tukar cincin biasanya hanya dilakukan secara intim dihadapan anggota keluarga, jadi nanti sekiranya mereka melakukan pesta pernikahan megah, itu semua hanya akan menjadi sebuah pesta tanpa ada proses pertukaran cincin pada umumnya. Semacam acara resepsi.
Wendy terdiam sejenak sebelum akhirnya memilih untuk pergi ke balkon kamar agar bisa menghirup udara pagi sambil meregangkan otot-ototnya yang kaku. Wendy tersenyum karena ternyata balkon kamarnya langsung menghadap ke taman belakang rumah Yunho yang sangat luas.
"Hai!" Sapa Wendy melambaikan tangannya ke arah Jeno dan Lami yang sedang bermain air bersama Yunho, Johnny, Taeyong, Yuta, Doyoung, Joy, Seulgi dan Jihyo. "HALO MAMAAAA!!!" Teriak Lami sekuat tenaga dan membuat semuanya tertawa termasuk Wendy sendiri.
Grep
"Anakmu yang satu itu suka sekali berteriak sepertimu ㅋㅋㅋ" Ucap Jaehyun parau dengan suara berat khas orang baru bangun tidur sambil memeluk Wendy dari belakang dan mencerukan wajahnya ke leher Wendy. Wendy menyenderkan kepalanya di dada Jaehyun dan mengusap lembut kepala Jaehyun.
"Aku tidak bisa membantah yang satu itu karena memang benar." Wendy menerima yang satu itu dengan lapang dada. "Apa tidurmu nyenyak?" Tanya Jaehyun. Wendy terdiam tidak menjawab. Jaehyun menarik wajahnya dan menatap Wendy yang merunduk.
"Apa mimpi buruk tadi malam menyeramkan? Aku tidak masuk lagi ke dalam mimpimu jadi aku tidak tau." Ucap Jaehyun khawatir. Wendy tersenyum tanpa menatap Jaehyun. "Tidak. Aku hanya bermimpi orang tuamu tidak memberi restu kepadamu untuk menikahiku." Jawab Wendy lirih.
Jaehyun lupa mengenai hal itu. "Terdengar menyeramkan. Kau mau aku menemui mereka sendirian? Kau bisa diam disini dan aku akan menyelesaikan semuanya untukmu." Jaehyun memutar tubuh Wendy agar mereka saling berhadapan. Kini Jaehyun mengunci tubuh Wendy di pagar balkon yang terbuat dari batu.
"Mana bisa aku membiarkanmu pergi sendiri? Tentu aku akan ikut. Jika kau dipukul, akupun harus ikut dipukul. Aku tidak mau kau mengambil resiko tersebut sendirian." Wendy merunduk memainkan ujung piyama sutra berwarna biru tuanya sambil tersenyum pahit.
"Aku sudah berjanji tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Orang tuaku termasuk Wan. Aku bilang 'siapapun'." Ucap Jaehyun tegas. Wendy menatap Jaehyun sendu. "Aku juga sudah berjanji akan melindungimu kepada dewa setiap malam. Tapi jika kau merasa dengan aku tidak ikut akan lebih aman untukmu, maka aku akan mengalah. Aku tidak akan memaksa."
Jaehyun terenyuh dengan Wendy yang selalu tidak memaksakan kehendak. Jaehyun merasa seimbang ketika hidupnya kini dihadiri oleh Wendy.
"Aku hanya tidak ingin mereka makin murka. Karena kita berdua tau betul bagaimana mereka ketika emosi. Akan sangat meledak-ledak. I'll be okay, trust me." Jaehyun benar-benar tidak ingin Wendy ikut. "Okay~ okay~ aku mengalah. Aku akan disini. Kapan memangnya kau akan menemui mereka?"
"Hari ini." Jawab Jaehyun. Wendy membelalakan matanya. "Hari ini? Apa tidak terlalu mendadak?" Wendy menatap Jaehyun cemas. "Jika menyangkut orang tuaku, kapanpun waktunya tidak akan pernah tepat. Aku hanya khawatir dengan yang dikatakan mom saat makan malam kemarin... aku sudah membayangkan hal terburuk dan aku takut aku terlambat menyampaikan niatku untuk menikahimu."
Wendy paham yang Jaehyun maksud adalah ia takut orang tuanya meninggal sebelum ia sempat berbicara tentang hubungannya dengan Wendy.
"Baiklah. Lakukan apa yang menurutmu benar." Wendy tersenyum yang lalu kembali dibalas senyuman oleh Jaehyun. Jaehyun mendekatkan wajahnya namun Wendy langsung menutup bibirnya dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE EARLY MARRIAGE✔️
Fanfic[Wendy/Jaehyun] - "Halo mama, kalo papa, kami adalah anakmu dari masa depan." Keadaan aneh dimana Wendy dan Jaehyun, selaku murid di sekolah sihir, The Moonstone, dipanggil oleh kepala sekolah karena ada 2 anak (perempuan dan laki-laki) yang menga...