Chapter XXII

1.6K 270 72
                                    

The Phoenix terdiam setelah menonton ingatan Jaehyun. Wajah mereka memerah, apalagi Wendy saat ini. Disisi lain ada Yeri yang ternyata benar-benar hanya dibiarkan mendengarkan suaranya saja sudah merasa malu, tak terbayang kakak-kakaknya yang menonton semua secara audio dan visual.

"Dia benar-benar memberikan ingatannya kepadamu Wan. Ingatan seperti itu tidak dapat di modifikasi." Ucap Jihyo kagum. "Tidak dapat di modifikasi?" Yeri bertanya. Jihyo menganggukan kepalanya. "Ingatan seseorang yang sedang dibawah pengaruh obat atau mantra, itu tidak dapat di modifikasi. Hanya ingatan yang murni dengan kesadaran penuh yang bisa modifikasi."

"Bagaimana kita bisa tau kalau ingatan itu dibawah mantra?" Yeri terlihat sangat penasaran. "Kau bisa melihat dari lingkaran bubble ingatan tersebut. Ketika ingatanmu utuh dan kau sadar penuh, warna bubble tersebut harusnya kuning emas. Kau sudah melihat benang ingatan yang keluar dari kepala Jaehyun kan saat Wendy menariknya?" Tanya Jihyo. Yeri menganggukan kepalanya.

"Harusnya sama persis dengan warna benang tersebut. Tapi karena dia dibawah pengaruh mantra, bubble nya berubah menjadi warna putih seperti tadi. Jadi dia menyerupai sebuah mimpi ketimbang sebuah ingatan. Kau akan mempelajarinya nanti di Tingkat 3." Yeri tersenyum puas dengan ilmu baru yang ia dapatkan.

"Ini memang keuntungannya menjadi adik dari seorang The Phoenix. Aku selalu mendapatkan ilmu baru setiap bergaul dengan kalian." Yeri membuat anggota The Phoenix tertawa. "Tapi aku sangat terkejut pada perubahan dari wajah Wendy unnie menjadi si Chaeyeon. Aku kira kita tidak akan mendapat visualisasi sedetail itu dari apa yang Jaehyun oppa ceritakan,"

Mereka terkejut juga ketika mereka semua bisa melihat jelas ketika otak Jaehyun benar-benar melihat Wendy saat itu. Dan ketika ia membuka matanya ia terkejut karena berubah menjadi Chaeyeon. Mereka melihat itu semua dari mata Jaehyun.

"Itu artinya dia melakukannya dengan kesadaran bahwa itu adalah kau Wendy. Dia mau melakukannya karena ia pikir itu dirimu." Irene menahan senyum ketika mengatakan itu. Wajah Wendy sudah sangat merah sampai ke telinga karena tidak perlu diperjelaspun ia tau tentang itu. Ia tau betul karena ia juga menonton ingatan Jaehyun.

"Dia benar-benar memanggil nama Wendy berulang kali. Itu artinya dia benar-benar mengira itu Wendy...." Ucap Jennie sudah siap akan menggoda Wendy yang kini sudah menatapnya tajam. "TIDAK USAH DIPERJELAS BERULANG KALI KAWAN-KAWAAAAAN! AKU SEDARI TADI IKUT MELIHATNYA BERSAMA KALIAN JADI DIAM." Teriak Wendy.

"Berarti sekarang, kita harus cari tau minuman apa itu. Aku yakin akan suatu minuman, tapi aku kan belum melihat wujud cairan yang Jaehyun minum." Rose menatap teman-temannya yang lain. "Mau aku yang mengambilnya?" Yeri menawarkan dirinya dengan sukarela.

"No. Lebih baik Wendy yang mengambilnya." Rose ikut memojokkan Wendy. "KENAPA AKU!? KAN YERI SUDAH BILANG KALAU DIA MAU MENGAMBILNYA?" Wendy terlihat sangat gugup. "Tapi kan kau memiliki ingatannya! Kau harus membahas tentang ingatannya ini mau kalian apakan. Atau kau mau menyimpannya sebagai kenang-kenangan?"

Wendy bergidik ngeri mendengar kalimat terakhir Rose. "Kau gila jika berpikir aku mau menyimpannya Rose." Wendy menatap Rose tak percaya. "Ya kalau begitu bahas dengannya! Kau tidak bisa menyimpannya karena takut hilang lalu dilihat orang asing. Dia belum tentu mau memasukan kembali ingatan itu ke kepalanya, bisa saja ia ingin membuangnya."

Rose benar. Belum tentu Jaehyun mau menerima ingatan tersebut kembali. "Baiklah." Jawab Wendy pasrah. "YESSSS!" Rose mengepalkan tangannya ke udara. "Sebenarnya aku tau dari awal kalau Jaehyun sudah punya rasa kepadamu. Dari sejak kalian tinggal bersama di basement, aku menyadari kalian malah lebih jarang bertengkar. Lalu mengetahui kau memiliki tongkat milik Jaehyun, aku sangat terkejut. Apa kau tau apa arti ketika seorang wizard memberikan tongkatnya secara sukarela kepada wizard lainnya?"

THE EARLY MARRIAGE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang