Ch.4 13 Tahun Kemudian

139 32 1
                                    

Tidak terasa tiga belas tahun sudah terlewat sejak kematian ibu Shen Yun dan Shen Li Wei. Shen Yun tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan populer di kalangan gadis Keluarga besar Shen serta di dalam ibu kota Kerajaan Chan, Chenglong.

Kebanyakan gadis-gadis memang kagum terhadap paras Shen Yun, namun yang membuatnya begitu populer adalah kemampuan Shen Yun di bidang pengobatan.

Shen Yun memilih untuk menjadi tabib keliling di Ibukota daripada berusaha masuk ke dalam sebuah sekte seperti yang dilakukan teman-teman seangkatannya.

Alasan Shen Yun memilih untuk tetap berada di lingkungan keluarga Shen dan hanya berkeliling untuk mengobati orang-orang di ibukota sebenarnya terdengar begitu sederhana.

Bukan karena bakat Shen Yun yang kurang dalam bela diri untuk masuk ke sebuah sekte, tapi justru ada beberapa Sekte yang datang langsung untuk merekrut Shen Yun, namun Shen Yun selalu menolak mereka tidak peduli latar belakangnya dengan satu alasan sama yang berbunyi,

'Aku tidak akan kemanapun jika tanpa adikku.'

Sedangkan Shen Li Wei hanya dapat memasuki sebuah Sekte saat berusia 13 tahun karena bakat bawaan, terutama kualitas tulang dalam tubuhnya yang standar.

Shen Li Wei tumbuh menjadi gadis yang begitu cantik dan anggun walaupun masih berusia 13 tahun hari ini, semua orang yang baru mengenalnya pasti akan menyangka bahwa Shen Yun dan Shen Li Wei merupakan pasangan ketika jalan berdua, terutama karena sikap manja dari Shen Li Wei yang sering membuat orang lain salah paham mengira status mereka.

--

Chenglong - Ibukota Kerajaan Chan.

"Kak, Wei mau itu, belikan ya?" Nada suaranya memang bertanya sekaligus mengharap, namun sosok yang berkata demikian sudah lebih dahulu menarik tangan pemuda dibelakangnya ke  depan sebuah toko manisan.

"Paman, Wei pesan dua ya!" Seru Shen Li Wei semangat.

"Baik!" Jawab paman penjual manisan.

"Hmm... Adikku, bukankah Kakak belum memberikan jawaban?" Tanya pemuda tersebut dengan helaan nafas, tidak lain itu adalah Shen Yun.

"Jadi... Sejak hari ini Kakak mulai pelit dengan Wei?! Apa Kakak sudah mulai menyukai gadis lain selain Wei?" Balas Shen Li Wei dengan kesal.

"Anak muda, kau..." Paman penjual manisan memandang sang pemuda dengan tatapan curiga.

"Paman... Ayolah, aku sudah bosan dengan candaan ini." Balas Shen Yun semakin menghela nafas.

Paman penjual manisan tertawa kecil menanggapinya.

"Dan kau, Wei'er, bisa tidak kau berhenti membuat orang lain menjadi salah sangka terhadapku?" Lanjut Shen Yun, tangannya bergerak keatas kepala adikknya dan menjitaknya pelan.

"Aduh-, huhuhu... Benar apa kataku, Kakak mulai kasar terhadapku sekarang... Apa Kakak sudah mulai bosan 'bermain' denganku?" Shen Li Wei berkata sambil merengek, membuat orang-orang sekitar yang mendengarnya  mulai menatap Shen Yun dengan tatapan sinis.

"Pemuda itu lumayan, tapi sayang dia begitu cabul."

"Dengan adiknya sendiri? Bagaimana mungkin dia bisa..."

"Ku akui adiknya memang cantik, tapi bagaimana pun itu adalah adiknya, bagaimana bisa..."

"Sudah kubilang bukan, tidak semua yang berwajah tampan hatinya juga tampan."

Orang-orang disekitar mulai berbisik mengecam Shen Yun, namun Shen Yun dapat mendengarnya dengan begitu jelas seperti mereka sedang berbisik disamping telinganya.

"Hei-hei ini sudah tidak lucu adikku, lihat kesalahpahaman yang kau timbulkan sekarang..." Alis Shen Yun bergetar hebat, orang-orang yang mengecamnya adalah pendatang dari kota lain jadi mereka tidak mengetahui siapa Shen Yun dan Shen Li Wei dengan jelas.

Namun yang paling membuatnya kesal adalah, orang-orang yang sudah mengenalnya dengan baik malah hanya menonton, menertertawakan, dan bahkan ikut menjadi provokator.

"Kau memang orang cabul terbaik temanku!" Suara lain terdengar lantang dari belakang kerumunan orang yang menatapnya sinis, Shen Yun mengetahui siapa orang yang memiliki suara tersebut dan ingin melemparinya dengan batu namun dia tidak bisa melakukannya sekarang.

"Orang cabul terbaik? Dia mungkin harus kita tangkap dan menyerahkannya ke petugas patroli agar tidak meresahkan warga sekitar." Salah satu pria di kerumunan menggulung kemeja panjangnya sampai ke siku.

"Benar! Benar! Ayo kita tangkap dia!" Satu persatu warga menunjukkan persetujuan mereka, dan bersiap menangkap Shen Yun.

"Hehehe." Shen Li Wei tertawa kecil melihat kakaknya disudutkan oleh banyak orang, menjahili Kakaknya adalah salah satu hal yang paling ia sukai.

"Hehehe matamu?! Ayo pergi dari sini." Shen Yun segera menarik tangan adiknya untuk keluar dari situasi tersebut.

"Ahh- tunggu kak, manisanku!" Shen Li Wei tidak mau meninggalkan manisannya yang berupa permen kapas, ia mengambil keduanya dari tangan paman penjual manisan.

"Paman, aku akan membayarnya nanti!" Seru Shen Yun sambil berlari.

"Santai nak! Kau bisa fokus untuk melarikan diri!" Seru balik Paman penjual manisan sambil tertawa lantang.

Shen Yun berlari ke sebuah gang  kecil yang berada dibelakang toko manisan.

"Kakak jangan cepat-cepat, aku tidak bisa memakan manisanku!" Rengek  Li Wei sambil berusaha menggigit permen kapasnya.

"Memangnya karena siapa kita harus berlari seperti ini?!" Umpat Shen Yun, ingin dirinya menjewer kuping Shen Li Wei saat semua sudah selesai nanti.

"Ahh, kita akan tersusul jika terus seperti ini." Shen Yun berdecak kesal, sebelum berhenti sesaat dan merangkul pinggang mungil adiknya.

"Kakak, jangan itu lagi-" Wajah Shen Li Wei memerah ketika membayangkan apa yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya.

Shen Yun mengangkat tubuh adiknya dengan satu tangan layaknya sedang mengangkat kayu. Lalu ia mengambil posisi kuda-kuda sebelum meloncat dan memanjat tembok di kanan-kiri menggunakan kakinya.

"Apa-apaan-?! Dia memiliki ilmu meringankan tubuh!?" Salah satu pria yang mengejar Shen Yun begitu terkejut ketika melihat pemandangan dihadapannya.

"Dari sekte mana dia berasal? Ilmu meringankan tubuh seperti itu bukan pada tingkat rendah."

--

Shen Yun melompat ke satu bangunan ke bangunan lainnya dengan cukup mudah meskipun bebannya bertambah banyak karena sedang mengangkat tubuh Shen Li Wei.

Pada awalnya Shen Li Wei memberontak, ingin kakaknya segera menurunkannya, namun beberapa saat setelahnya Shen Li Wei mulai berhenti merengek dan malah sibuk menikmati permen kapasnya.

"Untunglah tidak ada dari mereka yang merupakan seorang pendekar." Shen Yun bernafas lega sekaligus mengelap keringat di dahinya.

"Kakak..." Ucap Shen Li Wei, nada suaranya terdengar lirih.

Shen Yun mengangkat alisnya sambil melirik ke arah adiknya, "Ada apa?"

"Permen kapasku habis, ayo kita kembali kesana." Lanjut Shen Li Wei tertawa kecil sambil mengusap hidungnya.

'Tenangkan dirimu Yun, anggap kau tidak mendengar apapun.' Gumam Shen Yun dengan helaan nafas panjang.

Melihat Kakaknya yang tidak merespon permintaannya, Shen Li Wei kembali merengek, "Kakak! Wei mau permen kapas lagi! Aku mau permen kapas lagi! Kakakkk!"

Shen Yun memilih menutup kuping dari mulut cerewet adiknya.

"Huaaaa! Kakak!"



































Guru Besar Yun : Mawar dan AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang