Ch.8 Sisi Gelap Dari Awan II

72 24 0
                                    

"Akhirnya kita sampai, Wei'er apakah kamu lapar? Mandi dan Istirahatlah terlebih dahulu, biar Kakak siapkan makanan untukmu." Ucap Shen Yun pada gadis kecil yang ia gendong di punggung.

"Lebih baik Kakak obati dulu luka Kakak itu, bukankah kulit wajahmu sedikit pucat sekarang Kak?" Wei Li menghela nafasnya, ia tidak bodoh, namun juga tidak bisa berbuat apapun melawan keras kepalanya Shen Yun.

"Hahaha, itu hanya perasaanmu. Baiklah, ayo kita cepat kedalam." Shen Yun mempercepat langkahnya, dan saat sudah berada di depan kediamannya, para pelayan segera menyambutnya dengan cemas.

"Tuan muda?! Nona muda?! Apa yang sebenarnya terjadi pada kalian berdua?"

Shen Yun tidak menjawab, melainkan berkata, "Bibi, tolong mandikan Wei'er dengan hati-hati, lalu biarkan ia beristirahat setelahnya. Yun sendiri yang akan membuatkan makanan untuk Wei'er."

"Tapi Tuan muda-" Bibi pelayan cemas melihat wajah Shen Yun yang pucat, namun sebelum ia bisa melanjutkan kata-katanya, Shen Yun lebih dahulu memotong.

"Tolong bibi." Kata Shen Yun dengan tatapan penuh makna.

"Lakukan saja Bibi, Kakakku saat ini sedang menjadi orang yang keras kepala." Tambah Li Wei dengan helaan nafas.

"B-baiklah." Bibi pelayan mengambil Li Wei dari punggung Shen Yun dengan hati-hati.

Li Wei dan para pelayan segera masuk ke dalam kediaman, meninggalkan Shen Yun sendiri. Shen Yun menghela nafas lega setelah beberapa saat para pelayan dan Li Wei masuk kedalam, ia segera bergerak cepat, bukan ikut masuk ke dalam kediaman, melainkan pergi kembali menuju hutan.

Langkah Shen Yun begitu cepat, namun lebih terlihat tergesa-gesa, wajahnya semakin pucat, tubuhnya mulai bergetar dengan nafas memburu, seperti sedang dikejar oleh sesuatu.

"Sedikit lagi-, sedikit lagi aku sampai-!" Shen Yun mulai merasakan hawa dingin di tubuhnya, semakin cepat ia melangkah, semakin cepat hawa dingin itu menjalar keseluruh tubuhnya.

"Gu-ru, tolong-!" Shen Yun melompat, tubuhnya tidak bisa lagi digerakan yang pada akhirnya terjatuh ke tanah yang dingin dan gelap, hampir tidak ada cahaya disekitar tempat itu.

Ya, hampir tidak ada, hanya satu cahaya berwarna biru gelap yang perlahan bergerak ke arah Shen Yun.

"Dasar bodoh!!" Suara keras nan menggema berasal dari sosok di depan kepala Shen Yun yang menyentuh tanah.

Sosok itu mendengus kesal, namun jika ada seseorang yang melihat ekspresinya, mungkin ia langsung mengompol di tempat.

Meskipun dalam suasana hati yang tidak baik, sosok itu segera merapal beberapa kalimat yang tidak jelas artinya saat melihat kondisi Shen Yun yang sekarat.

Cahaya biru yang melayang dihadapan sosok tersebut segera bersinar terang sebelum membentuk beberapa cahaya biru baru yang lebih kecil lalu bergerak menuju tubuh Shen Yun yang tergeletak di tanah.

Hanya dalam hitungan detik setelahnya, luka-luka ditubuh Shen Yun segera membaik, luka pada organ dalamnya, pembuluh darah yang terputus, bahkan tubuh Shen Yun yang sebenarnya kehabisan darah segera terisi kembali seperti tidak pernah terluka sebelumnya.

Jari Shen Yun mulai bergerak, kepalanya terangkat, menatap sosok dihadapannya dengan senyuman, "Terima kasih, guru." Kata Shen Yun dengan wajah tidak berdosa.

"Hmph." Sosok yang dipanggil guru oleh Shen Yun mendengus kesal.

"Lalu, siapa orang yang menyebabkan dirimu seperti ini?" Lanjut sosok dihadapan Shen Yun.

"Aku tidak tau." Jawab Shen Yun, namun ekspresi wajahnya  dingin.

Sosok misterius itu mengangkat alisnya saat melihat ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh Shen Yun.

Guru Besar Yun : Mawar dan AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang