Chapter 18

2.3K 361 77
                                    

Selamat malam, fellas! berhubung aku gak terlalu sering aktif di instagram, sekarang aku aktifnya di twitter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat malam, fellas! berhubung aku gak terlalu sering aktif di instagram, sekarang aku aktifnya di twitter. Beberapa konten kaya; oneshoot, fake chat, au, dan beberapa eksklusif cerita yang menurutku terlalu kacau untuk di publish disini(wattpad) karena mereka punya rate18, aku putusin untuk post di twitter dengan catatan bahwa gak akan ada warning. Jadi kalian bisa pilih untuk tetep baca atau skip! Also, kalian bisa keep in touch w/me disana! Kita ngobrol bareng:))

Selamat membaca! Tetep sehat dan selalu bahagia, semuanya💜

Selamat membaca! Tetep sehat dan selalu bahagia, semuanya💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Apa kau sudah menemui adikmu?"

Namjoon tahu, bahwa pertanyaannya sekarang bukanlah kalimat yang patut ia lontarkan. Mengingat bagaimana kacaunya hubungan antara Jimin dan Ayah Naomi kemudian bagaimana ia jadi sulit mengontrol konsentrasinya terhadap perusahaan. Keadaan Jimin benar-benar kacau sekarang.

"Sudah."

"Kau serius?"

"Dua pekan lalu, hanya melihatnya dari kejauhan saat ia pulang dari kampus."

Jimin membungkuk, meletakkan cangkir tehnya ke atas meja sebelum kembali duduk tegak.

Helaan napasnya menjadi rendah. Secara literal, pemuda Park itu benci hidup berbelit-belit. Dia ingin berbicara dengan sang adik kemudian menyelesaikan kesalahpahaman dan kembali akur. Tetapi yang terjadi justru bukannya memikirkan tentang hal itu, masalah lain malah datang berangsur-angsur sehingga Jimin lupa dengan apa yang sebenarnya ingin ia lakukan.

"Aku butuh waktu untuk menatap wajahnya. Aku juga belum siap berbicara dengannya. Melihatnya tumbuh dewasa dengan baik tetapi sendirian, membuatku malu. Aku malu karena tidak becus menjadi kakak untuknya." Sejak awal, mereka hanya memiliki satu sama lain, itu adalah sebuah fakta yang mutlak. Dan sekarang, mereka bahkan saling acuh terhadap sesama. "Harusnya aku bisa menjaganya dengan benar. Mengetahui apa dia punya masalah, menanyakan bagaimana nilai ujian akhirnya, memastikan bahwa dia makan dengan teratur, tidak bergaul dengan orang yang salah. Faktanya aku bahkan tidak tahu bagaimana keadaannya. Melihatanya dari jauh saja membuatku sakit."

Play Then KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang