Chapter 27

2.1K 313 48
                                    

Robert S. Feldman, seorang psikolog ternama dari University of Massachusetts yang juga seorang penulis novel terkenal, pernah mengatakan dalam salah satu karya tulisnya yang berjudul The Liar in Your Life; The Way to Truthful Relationships, bahwa kita hidup di antara jaringan pembohong—ya, beberapa teman, kolega di perusahaan, keluarga, dan bahkan, diri kita sendiri. Dia juga percaya bahwa manusia memang diprogram untuk berbohong dan diprogram untuk mempercayai sebuah kebohongan pula. Seseorang juga pernah mengatakan kalau manusia berbohong dalam konteks hubungan sosialnya bisa memiliki tujuan untuk kebaikan atau keburukan. Tetapi, satu hal yang Song Jean paham betul, apa pun alasannya, berbohong itu tetap salah, ‘kan? Bahkan demi kebaikan sekalipun. Sebab, kendati berusaha menutupi satu kenyataan dengan seribu kebohongan, bukankah pada akhirnya tatkala semuanya terkuak, rasa sakitnya akan tetap sama? Pada akhirnya mereka yang dibohongi akan tersakiti juga, kan?

‘Hei, mau bekerja di perusahaan tempatku bekerja? Mereka sedang membutuhkan karyawan tetap. Gajinya lumayan besar sih, kau tertarik?’

‘Aku ingin bekerja di tempat yang sama denganmu, sepertinya itu ide yang bagus. Aku bisa terus melihatmu, kita bisa makan siang bersama, dan pulang bersama!’

‘Aku akan mengantar dan menjemputmu setiap hari kalau kau bekerja disana, serius, gratis.’

‘Song Jean ayo bekerja denganku.’

Kurang lebih, begitulah isi percakapan mereka di telepon setengah jam lalu. Jean bahkan tidak habis pikir karena dengan tiba-tiba pemuda itu menelepon dan memintanya bekerja di perusahaan tempat pria itu bekerja. Satu hal yang pasti, nada yang tersemat di antara kalimat-kalimat yang Jimin lontarkan, terdengar bimbang dan penuh kebohongan di telinga Jean.

‘Awal musim dingin aku ada pekerjaan yang tidak bisa di tinggal.’

Song Jean hanya mengatakan kalimat itu dengan jujur.

Namun, ketika insting Jean melampaui batas, mengetik beberapa huruf di situs pencarian, gadis itu tahu. Dia terjebak di dalam kebohongan orang-orang yang ia yakini, tidak akan pernah berbuat demikian. Hanya saja, jelas, Jean mengerti benar bahwa tabiatnya tidak akan pernah ada orang yang tidak pernah melakukan kesalahan. Berbohong bahkan menjadi hal lumrah di dunia.

“Park Jimin, 24 tahun, pendiri sekaligus pemilik perusahaan peluru terbesar di Korea Selatan. Wah hebat sekali.” Jean menggerakan kursornya, membaca sebuah artikel terkini, menunjukkan beberapa foto serta informasi pribadi yang memang di unggah secara publik.

“Mari kita lihat seberapa banyak kebohongan di dalam dirimu.” Jean mencoba tak mendecih malas. “Shin Yui, 41 tahun, mantan model di perusahaan kota Jeju. Berhenti di dunia entertainment karena ingin fokus pada anak-anak mereka.” Jean mengangguk-angguk. Situs web yang sedang ia baca masih seputar keluarga Jimin. “Koo Yeon Seop. 55 tahun, pemilik perusahaan jam di tiga negara besar meliputi Korea, Singapura, dan Hong Kong. Mantan pemilik perusahaan senjata di Daegu. Salah satu donatur di panti asuhan Yeonhwa, Daegu.”

Semua pemberitahuan di artikel itu semakin menarik tatkala Jean menemukan satu lagi link situs yang tersemat di pojok kanan bawah artikel orang tua Jimin.

Park Taehyung.

Gadis itu merotasikan bola matanya. Merasa heran dengan siklus kehidupan yang ia jalani. Bukankah memalukan berteman hampir empat tahun dengan orang yang memalsukkan identitasnya?

Tetapi, pada detik itu dahi Jean mengernyit ketika menyadari satu hal janggal. Kembali menggeser kursor ke laman bagian paling atas, kemudian turun lagi ke bawah.

“Marga Shin dan Koo menjadi Park?” Jean mengacak-acak surainya. Kepalanya sudah tidak sanggup menelaah lebih jauh.

Sepersekon kemudian gadis itu bergegas keluar dari kamar, menggenggam ponselnya dan menghubungi seseorang, melangkah keluar dari apartemen dengan isi kepala tak karuan, Jean tersenyum miring menatap pintu kamar apartemen Taehyung ketika panggilan tersambung. “Seokjin-ah, bisa kau percepat tanggal kepergianku untuk misi kemarin? Atau kau bisa menambah misi lain tidak apa, aku akan melaksanakannya tidak peduli berapa banyak bayaran yang diberikan."

Play Then KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang