Chapter 26

1.4K 276 73
                                    

Hai, Jije's selamat malam! apa kabar nih, ya ampun? Semoga sehat-sehat, ya, semuanya^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, Jije's selamat malam! apa kabar nih, ya ampun? Semoga sehat-sehat, ya, semuanya^^

Setelah Play Then Kill; Apostolì selesai. Aku bakalan langsung post beberapa preview Play Then Kill: Reltá setelahnya. Untuk Reltá cuma tersedia versi buku, nanti, di Januari akhir, 2020! Masih lama kok:)

Untuk yang udah nunggu, ramein lagi section comment, mau, ya?! ceritanya udah selesai, jadi aku cuma perlu post2 aja, xoxo!

Happy Reading! I miss ya guys so badly!

***

Jimin berdeham, menoleh ke arah Jean yang sedang melanjutkan menyantap makanannya, memaksakan senyum dengan kepala berdenyut. Bagaimana bisa wanita cantik, terlihat polos dan angkuh sepertinya menjadi pembunuh bayaran? Serius? Sejak kapan? Dan lagi, mengetahui fakta bahwa ia bekerja sama dengan Seokjin membuat Jimin semakin di buat tak percaya setengah mati. Itu jelas kebodohan terbesar yang pernah ia tahu.

[Shadow, pembunuh bayaran yang menggantikan Cupcake]

Jimin nyaris menjatuhkan ponselnya ketika Namjoon mengulang kalimat itu.

Si gadis mendongak ke arah Jimin, merasakan bahwa atmosfer di antara mereka tiba-tiba berubah menjadi panas. Jimin terlihat bingung, tidak, bukan. Jimin barangkali terlihat bergetar. Dia terlihat seperti memikirkan banyak hal. “Hei, Jim, kau tidak apa? Ada masalah?”

Jimin masih setia termangu, tetapi dia juga masih dengan jelas mendengar suara Namjoon disana. [Hei, kau dengar aku?!] di ujung sana pria Kim itu mendesah berat ketika tak mendapat jawaban dari Jimin,

[Sekarang terserah kau sendiri mau menjauh darinya atau bagaimana. Satu hal yang kuperingatkan padamu, dia itu berbahaya, oke? Taehyung saja sudah cukup merepotkan kemarin.]

Jimin menelan ludah kasar. Irisnya menelisik kedua mata Jean terang-terangan.

‘Hei, kau mengingatku?’ Itu pertemuan kedua mereka, benar? Tepatnya pukul berapa mereka bertemu waktu itu? Bukankah nyaris menyentuh pagi? Dan juga jangan lupakan fakta tentang para bodyguardnya di depan kafe waktu itu. Shit. Dia jelas habis menjalani tugasnya, ‘kan?

Jimin mengedipkan matanya berkali-kali ketika mengingat identitas palsu yang ia temukan saat menyusul Jean di Yeosu beberapa bulan lalu. Kemudian berita tentang kematian seorang mafia disana dan seseorang yang diduga pelaku pembunuhan berada dalam daftar pencarian orang, itu benar-benar gila.

Song Jean.

Shadow.

Song Jean.

Shadow.

Tidak masuk akal. Jimin meremas kepalanya. “Hyung kita bertemu dalam empat puluh menit. Aku akan ke tempatmu.”

Play Then KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang