"Berengsek, kau menghamiliku tapi tidak mau bertanggung jawab?!"
"Memangnya aku pernah memaksamu untuk membuka selangkangan itu untukku? Tidak 'kan? Kau sendiri yang dengan sukarela memberikannya untukku, dasar gila."
"Tapi kau tetap harus bertanggung jawab!"
Suara keributan itu semakin terdengar keras. Jean dan Taehyung bahkan sama-sama tak bisa menelan makanan masing-masing karena telinga mereka sibuk mendengarkan keributan tersebut. Well, mereka tidak sedang menguping, lho. Mau tidak mau mereka pasti mendengar, bahkan bukan hanya mereka, hampir seluruh pengunjung kedai Bibi Jeon bahkan orang-orang yang tengah lalu-lalang di luar sana pun dengan baik memasang telinga dan sengaja melambatkan langkahnya.
Dasar tukang gosip! Batin Jean.
Berniat kembali memfokuskan pandangan pada semangkuk mi udon pedas miliknya yang Taehyung pesankan tadi, gadis itu justru menganga tatkala melirik ke arah Taehyung yang tak berkedip sama sekali menonton dua orang kekasih di luar kedai.
Gadis itu buru-buru mendesah, sedikit mendekatkan diri pada Taehyung kemudian menutup kedua telinga pemuda itu dengan tangannya. Lantas membuat sang empunya menoleh terpaksa,
"Jangan di dengarkan. Tidak baik,"
Taehyung menyengir, menampakkan gigi-gigi besarnya.
Hanya butuh beberapa saat untuk gadis itu melepas tangannya dari kepala Taehyung. Kembali menyantap makanannya. Membiarkan suara keributan yang menggema itu perlahan menghilang. Mungkin mereka sudah pergi? Semoga prianya mau bertanggung jawab.
"Jean."
"Ya?"
"Menurutmu, apa pernikahan itu mengerikan?"
Gadis Song itu meletakkan sumpit di samping mangkuknya, berpikir sejenak namun tatapannya ia tujukkan pada Taehyung. "Menurutku, ya?" Jean mendesah lambat, "Um, mungkin?"
Belum sempat berucap lagi, Jean buru-buru mengibaskan tangannya di depan wajah, pertanda ia belum selesai bicara.
"Mengerikan yang kumaksud itu bukan mengenai kebutuhan finansial atau hubungan seks setelah menikah," gadis itu mencoba menjelaskan lebih dulu sebab ia tahu Taehyung akan menanyakan hal-hal di luar kepala. "Tetapi lebih kepada komitmen setelah mengucap sumpah di atas altar. Baik tentang si pria atau wanita itu sendiri, mereka memiliki banyak kemungkinan untuk berkhianat, menjadi egois, melepas tanggung jawab, berbohong, dan hal-hal pemicu pertengkaran atau kerusakan lainnya."
Jean barangkali telah meneliti banyak pengetahuan tanpa sadar tentang sebuah pernikahan. Bukannya tidak mungkin, suatu saat gadis itu pasti akan menikah kendati ia tidak terlalu memikirkannya sekarang. Daripada sisi baik, menerawang jauh ke banyak keluarga di luar sana, paling tidak Jean menemukan hampir empat puluh lima persen rumah tangga di luar sana hancur. Kebanyakan dari mereka bersembunyi di balik alasan-alasan yang sengaja di buat supaya tidak perlu memperpanjang urusan.
"Seperti yang kau lihat tadi. Memiliki keturunan bisa mengakibatkan pertengkaran juga kalau salah satu di antara mereka tidak menginginkannya."
Taehyung memutar isi kepalanya, banyak pertanyaan tertahan terbesit di dalam sana. "Mengerikan, ya." Taehyung meneguk minumannya. Sengaja menahan pertanyaannya.
"Tergantung," ujar si gadis. "Kau menikah dengan siapa, dan sifat istrimu seperti apa. Kemudian akan jauh lebih baik kalau kau memilih berunding, berdamai, mengakui kesalahan, ataupun memaafkan, saat bertengkar. Hal-hal kecil ini sangat penting. Maka dengan begitu, yang namanya perceraian akan tertinggal jauh di belakang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Play Then Kill
Fanfiction[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ | sᴇᴀsᴏɴ 2 ᴏɴʟʏ ᴀᴠᴀɪʟᴀʙʟᴇ ɪɴ ʜᴀʀᴅ-ᴄᴏᴘʏ ᴠᴇʀsɪᴏɴ] "Kamar nomor 1310. Park Jimin, sasaran kepala, tanpa jejak apapun. 200 juta won." [] Bahkan sebelum memulai, Song Jean sudah lebih dulu terlibat dalam sebuah kebohongan tanpa akhir. ©str...