Jean pikir orang-orang yang memiliki sakit pada mentalnya hanya akan berada di rumah sakit khusus. Tapi, lihat. Kim Taehyung bahkan masih berkeliaran disini padahal jelas, ada sesuatu yang salah dengan kepalanyaㅡbarangkali.
Setelah berpapasan tadi, Jean berencana mengacuhkan pria Kim itu dan memilih masuk ke dalam apartemennya kalau saja pria itu tidak dengan tiba-tiba bertekuk lutut dan meminta maaf atas kejadian tempo hari. Menyebalkan, memang.
Tapi apa boleh buat. Toh, Jean juga tak memiliki wewenang untuk sekedar merasa marah pada Taehyung hanya karena ia melakukan seks dengan banyak wanita. Mereka hanya berteman tidak lebih.
Jadi, setelah menimang satu sampai dua hal Jean memutuskan untuk menerima permintaan maaf pemuda tersebut dengan syarat ia harus mentraktir Jean untuk makan sepuasnya.
"Jadi, siapa gadis yang rela melepas baju untukmu kemarin?" Jean bersandar di sofa dengan kedua kaki yang berada dia atas meja.
Kini gadis itu tengah berada di ruang tengah apartemen milik Taehyung. Sedangkan pria itu menghampir Jean dengan dua kaleng cola di masing-masing tangannya.
Taehyung duduk di seberang Jean setelah berhasil membukakan segel cola itu dan memberikannya pada gadis tersebut. "Hanya salah satu dari sekian banyak gadis cantik di kampusku. Tidak ada yang spesial."
Si gadis menyeruput minumannya kemudian berpikir serius. "Tapi, Kim. Memang kau tidak takut kalau sampai salah satu dari mereka hamil?"
"Bahkan aku sudah menghamili tiga gadis seksi." 3 jari Taehyung terangkat tinggi.
Jean tersedak dengan kedua kelopak mata yang melebar. "What the fuck?!" Gadis itu buru-buru menepuk pundaknya sendiri. "Kau sinting?"
Taehyung sendiri terbahak melihat reaksi gadis di hadapannya. Ia tak sanggup untuk menahan tawa saat kedua mata Jean seolah mampu membuatnya keluar dari tempatnya. Astaga, gadis ini. "Ya tidak mungkinlah," Ujarnya sembari memegang perutnya yang terasa sakit. "Kau ini bodoh atau apa. Aku menyiapkan puluhan kondom di lemari bahkan di dompetku juga ada dan kalau pun aku lupa memakainya saat berhubungan seks. Aku pasti langsung menemani gadis itu ke apotek untuk membeli pil pencegah."
Jean memejamkan matanya. Tiba-tiba saja pelipisnya terasa sakit. "Tetap saja kau sinting."
"Kalau aku tidak sinting aku tidak akan berteman denganmu, tahu."
"Uhㅡa-apa? Jadi menurutmu aku ini sinting?"
Taehyung mengangguk, "Exactly!"
Jean mendecih sebal.
"Omong-omong, kau sibuk nanti malam?"
Jean menurunkan kakinya santai, kembali meneguk minumannya, "Kenapa memangnya?"
"Aku akan mentraktirmu nanti malam sesuai janji."
"Tidak bisa. Aku bekerja nanti malam," Tolaknya secara halus.
Taehyung berjengit, "Sepulang kau kerja? Aku akan menjemputmu,"
"Tetap tidak bisa. Aku selesai larut malam."
Setelah itu Jean mengambil sebatang rokok dari saku celana beserta pematiknya. Taehyung mengernyit, alisnya nyaris bertautan. Ia buru-buru menyambar rokok dari tangan Jean dan menginjaknya.
"Berhenti merokok, sialan."
Wajah Jean berubah masam. Bibirnya mempout dan mendesah pelan setelahnya. "Kepalaku sakit. Aku mau merokok,"
Saat melihat gerakan tangan Jean yang mencoba mengambil sebatang rokok lagi, Taehyung dengan sengaja menendang meja di depannya kasar. "Kalau kubilang jangan merokok, ya jangan merokok!" Dengan cekatan Taehyung mengambil bungkus rokok dan pematik itu, "Kalau merasa sakit kuantar ke dokter, sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Play Then Kill
Fanfiction[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ | sᴇᴀsᴏɴ 2 ᴏɴʟʏ ᴀᴠᴀɪʟᴀʙʟᴇ ɪɴ ʜᴀʀᴅ-ᴄᴏᴘʏ ᴠᴇʀsɪᴏɴ] "Kamar nomor 1310. Park Jimin, sasaran kepala, tanpa jejak apapun. 200 juta won." [] Bahkan sebelum memulai, Song Jean sudah lebih dulu terlibat dalam sebuah kebohongan tanpa akhir. ©str...