Komen sama vote jangan lupa, sebelum baca, biar afdol, ya gak?
****
Belanda, 2 years later.
Tadi malam Jean tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia terjaga di pukul tiga pagi dan memutuskan untuk tidak kembali tidur dan hanya menikmati pergerakan jarum jam sampai fajar menjemput. Isi kepalanya mengawang, kepulangannya hari ini ke Seoul cukup membuat gadis tersebut gugup. Rasanya seperti mengunjungi rumah yang telah lama di tinggal dan di lupakan.
Seluruh sendinya terasa sakit dan rasa-rasanya Jean ingin tidur selama seharian penuh tanpa melakukan apa-apa.
Jadi, ketika menatap yakin bahwa semua barang-barangnya telah terkemas rapih, tidak ada yang tercecer sama sekali, gadis itu menjatuhkan diri di tepi ranjang.
Hanya saja sebelas menit kemudian, si gadis Song itu mendadak mendengus sarkas, dia lupa mengubungi temannya. Bisa-bisa teman nakalnya itu memarahinya karena telat memberi kabar.
Sesaat setelah dua kali nada dering
terdengar, panggilan baru terhubung.“Hey, mate. Maaf tidak bisa berkunjung karena aku harus kembali ke Seoul pagi ini.” Jean berkata menyesal pada Suyeon. Omong-omong, dia adalah gadis blasteran Korea-Hong Kong yang sekarang menetap di Belanda. Setelah mendapat tugas di negara tersebut, kemudian mendapat libur panjang juga bebas dari misi selama hampir setahun lamanya, Suyeon banyak membantu si gadis dalam beradaptasi disana.
Membantunya mencari tempat tinggal yang memiliki pemandangan indah, mendapat pekerjaan sampingan dengan mudah, sampai mereka menjadi sedekat sekarang. Gadis nakal itu sangat baik. Dia juga cantik. Well, ya tetap saja, dia gila lelaki, omong-omong.
“Tidak apa-apa, tidak perlu mengantarku ke airport… hm, aku tahu… jangan khawatir, aku kembali ke rumahku, bukan ingin pergi ke tempat berbahaya. Kau berlebihan, Suyeon-ssi.” Song Jean terkekeh. Bangkit ke arah balkon, irisnya menyipit ketika melihat sebuah mobil sedan—yang ia tahu di kirim oleh Seokjin berhenti tepat di depan apartemennya.
“Sudah, ya, orangku sudah menjemput. Kalau kau benar temanku dan benar-benar berharap kita bertemu lagi, segera kembali ke Seoul! Jangan terlalu betah di negeri orang! Aku akan menunggumu disana, oke? Promise me. Selamat bekerja!.. mhm, aku juga akan merindukanmu.”
Jadi setelah sambungan terputus, Jean bergegas menarik koper-koper besar miliknya, membiarkan seorang pria asli negara tersebut membawa sebagian keperluannya.
Ah, benar. Hari ini akhirnya tiba juga. Kembali ke rumah, ya? Kenapa terus-terusan merasa gugup padahal itu negara kelahirannya sendiri. Dasar aneh. Jean memukul pelipisnya pelan ketika melihat awan-awan cerah menggantung tinggi di langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Play Then Kill
Fanfiction[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ | sᴇᴀsᴏɴ 2 ᴏɴʟʏ ᴀᴠᴀɪʟᴀʙʟᴇ ɪɴ ʜᴀʀᴅ-ᴄᴏᴘʏ ᴠᴇʀsɪᴏɴ] "Kamar nomor 1310. Park Jimin, sasaran kepala, tanpa jejak apapun. 200 juta won." [] Bahkan sebelum memulai, Song Jean sudah lebih dulu terlibat dalam sebuah kebohongan tanpa akhir. ©str...