Chapter 32

1.2K 272 31
                                    

lama gak nyapa penduduk PTK. apa kabar kalian semua? semoga selalu sehat, ya!

aku sengaja lambatin update untuk kebutuhan aja, sebenernya, tapi mulai tanggal 20an, itu update udah mulai lancar dan bahkan bisa double update. ini di lambatin cuma supaya pas open po di januari, (PTK season 2) ceritanya gak nyangkut lama-lama:))

oh, ya, komennya mau yang banyak boleh, dong... kayanya dari kemarin disini votenya aja yang rame, yang komen sedikit bgt:(((

 kayanya dari kemarin disini votenya aja yang rame, yang komen sedikit bgt:(((

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Taehyung menatap cangkir teh hijau yang masih setia mengepulkan uap putih. Jari telunjuknya bermain di atas bibir cangkir, berputar-putar disana, sebelum akhirnya celah bibirnya mengeluarkan semburan desah berat. Dia belum bisa menemukan Jean meskipun segala cara sudah dikerahkan. Kemana lagi dia harus mencari gadis itu? Bahkan orang tuanya seolah sengaja menghindari kedatangan Taehyung.

Mokpo terasa menyebalkan kemarin. Seperdetik kemudian, melihat bibi Jeon mendekat padanya, Taehyung buru-buru menahan pikirannya. Mendadak memaksakan segaris senyum tipis pada wanita paruh baya itu sebelum berucap, “Bi, kau harusnya istirahat di rumah saja kalau merasa tidak enak badan.” Taehyung memberi saran.

Sejak mengetahui bahwa ia dan Jean memiliki masalah yang sulit diselesaikan. Bibi Jeon terlihat tidak baik-baik saja. Dia pasti sangat merindukan Jean. Apalagi fakta bahwa Jean pergi jauh meninggalkan Seoul, semua orang pasti semakin bertanya-tanya kemana perginya gadis cantik itu.

Bibi meletakkan semangkuk bubur yang dibuat khusus untuk Taehyung di atas meja dengan gerakan lambat. Biar bagaimana pun, Taehyung dan Jean sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. “Paling tidak jangan memperlihatkan wajah lesu dan badan kurusmu di hadapanku. Aku jadi seperti orang tua yang tidak bertanggung jawab kalau seandainya kau jatuh sakit.”

Taehyung terkekeh. Mengaduk bubur tanpa kuah kesukaannya sebelum mencicipi.

Biasanya kalau sedang tidak enak badan, Bibi memang selalu mengurusnya. Jean juga begitu, daripada ke rumah sakit, gadis tersebut akan lebih memilih menemui bibi Jeon dan meminta wanita itu untuk merawatnya. Maka dengan begitu penyakitnya akan hilang.

“Aku yakin Jean pasti kembali.” Sahut bibi kalem. “Kau harus tetap sehat supaya bisa terus mencarinya, oke?”

“Mhm. Terima kasih, Bi.”

Bibi Jeon meninggalkan Taehyung sesaat setelah seorang pelayan kedai memanggilnya.

Suara mesin cash register dari arah belakang si pemuda berderit-derit bersamaan dengan ramainya pengunjung yang datang. Kim Taehyung tidak punya rencana lain setelah liburan akhir tahun di umumkan beberapa hari lalu.

Tiap kali menyuap, Taehyung selalu melihat bayangan jelas dimana Song Jean tengah tersenyum sambil melambai senang padanya. Taehyung tidak sedang bersikap kekanakan, omong-omong. Tapi dia tidak bisa membiarkan pertemanan mereka kandas begitu saja.

Play Then KillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang