37 - Gerah Gelisah Vita

705 15 0
                                    

Tatapan mata Vita tertuju pada smartphone milik putrinya yang tertinggal karena gadis itu terburu-buru kabur ketika diinterogasi. Untuk sesaat wanita itu ragu apakah dia menerobos privasi putrinya untuk mengetahui kegiatan Luna atau tidak. Dia gamang. Selama ini dia percaya pada Luna dan tidak pernah mengintip atau membuka ponsel anak itu tanpa seizin sang empunya. Dulu, sebelum Vita disibukkan dengan kegiatan menulisnya, Luna sering saja menggeletakkan ponselnya dan tidak pernah keberatan ketika Vita meminta izin membukanya. Hanya diselingi peringatan untuk tidak dibajak.

Vita tersenyum kecil. Dia merindukan saat-saat itu. Saat di mana dia dan Luna begitu akrab seakan perbedaan umur hanyalah angka. Mereka berdua tampak seperti adik kakak atau sahabat sesama perempuan sebagai tempat berbagi rahasia. Vita selalu tahu kalau ada cowok yang naksir Luna atau pun sebaliknya. Sejak kapan hubungan mereka serenggang ini hingga Luna begitu tertutup?

Single mother itu menggelengkan kepala. Benar, nasi sudah menjadi bubur. Dia harus mencari tahu apa yang terjadi dengan anak semata wayangnya yang akhir-akhir ini bersikap aneh. Apalagi laporan dari mantan suaminya membuat Vita sakit kepala. Fokusnya kembali ke Luna dan dia meninggalkan ceritanya menganggur di Wattpad. Pembacanya mulai meneror dengan ancaman agar dia segera update atau akan di-unfollow. Vita tidak peduli. Sejak awal fokus utamanya adalah Luna. Dia menulis pun demi mendapatkan tambahan penghasilan untuk uang kuliah Luna, tentu saja selain hujan pujian serta popularitas sebagai bonus.

Benarkah Luna berjalan dengan pria setengah baya?

Vita menggelengkan kepalanya berusaha mengusir bayangan itu. Demi Tuhan, jangan sampai Luna dieksploitasi pria hidung belang. Membayangkan kengerian itu, tekad Vita makin kuat. Tangannya menggapai ponsel Luna yang tergeletak di nakas sebelah tempat tidur Luna. Terkunci password. Vita mencoba untuk menggunakan kata sandi lama yang biasa dipakai Luna.

Gagal. Password-nya sudah diganti.

Tak hilang akal, Vita memutar otak. Luna bukan anak yang suka aneh-aneh. Passwordnya biasanya sederhana dan berupa tanggal. Jika tanggal ulang tahun Vita tidak berhasil, coba tanggal ulang tahun Luna.

Voila!

Layar terkunci itu pun terbuka, menampilkan wallpaper putrinya sedang berpose imut ala selfie. Vita tersenyum melihat wajah putrinya yang manis itu. Luna tidak banyak ikut ibunya, lebih mirip sang bapak kata orang-orang. Untung saja Luna tidak bertubuh subur seperti dirinya.

Tangan Vita segera bergulir mencari jejak-jejak mencurigakan. Dia membuka aplikasi chat Line yang digandrungi anak muda karena stiker dan tema yang lucu-lucu. Nihil. Di sana hanya ada chat dari teman-temannya Luna, grup chat kelas dan beberapa chat dari cowok yang terkesan sekali modus. Vita gatal untuk membajak dan mengerjai cowok-cowok itu. Namun dia ingat akan tujuannya. Tugasnya adalah mencari tahu sosok yang kira-kira bisa menjadi pacar dari anaknya dan mungkin om-om. 

Beberapa menit mencari cepat, tidak ada percakapan yang mencurigakan. Rata-rata hanya anak muda yang bertukar kata dengan Luna. Menyadari kalau anak gadisnya bisa datang sewaktu-waktu, Vita mengganti pencariannya ke aplikasi lain. Coba ke WA, karena Vita dan Luna sering bertukar kabar di sana. Hanya sekadar menanyai mau makan malam apa. Namun, saat Vita membukanya, WA itu bersih dari percakapan. 

Alarm dalam kepala Vita menyala. Ada sesuatu yang tidak beres. Tidak mungkin history-nya bersih total karena kemarin dia baru saja chat dengan Luna. Tidak puas, pencarian Vita berganti ke menu utama, mencari aplikasi lain yang berbahaya dan dia menemukan Wattpad. Entah mengapa jantung Vita berdebar kencang ketika melihat logo berwarna orange tersebut. 

Jarinya menyentuh ikon aplikasi tersebut dan seketika terbukalah profile yang dipakai Luna berselancar di dunia orange tersebut. Membaca nama yang dipakai putrinya membuat Vita menahan napas. Itu adalah salah satu pembacanya yang paling setia dan sering memberikan komentar-komentar di karyanya, termasuk tak pernah absen memberikan vote. Yang membuat Vita gemetar, adalah dia ingat beberapa pesan yang dititipkan oleh akun tersebut bernada mengkhayal, seandainya saja dia bertemu dengan pria dewasa yang memahami dirinya seperti di cerita yang ditulis Vita.

"Ya, Tuhan ...," desah Vita ketika dia membuka lebih dalam reading list anaknya.

Semuanya dipenuhi oleh cerita yang dia tulis dan beberapa cerita seronok lainnya. Lutut Vita langsung lemas. Dia terduduk di tempat tidur Luna sementara tangannya gemetar hebat.

Luna membaca cerita yang tidak sesuai dengan umurnya. 

Kenyataan itu menghantam telak kesadaran wanita itu. Celakanya lagi, itu adalah cerita yang dia tulis. Tanpa sadar, dengan tangannya sendiri, Vita telah menjerumuskan Luna ke dalam dosa. Ibu macam apa dia?

"BU!" Sebuah suara membuat Vita kembali ke kenyataan. Luna sudah berdiri di depan kamarnya dengan tatapan tidak percaya sekaligus murka. Vita terlalu fokus pada ponsel Luna sehingga tidak menyadari kehadiran anak itu. "Ibu buka-buka hpku?!"

"Luna ...." Vita tidak sempat berkomentar ketika Luna menghambur masuk dan langsung merebut ponsel itu dari tangan Vita. Dia mengecek kalau kunci yang dia pasang sudah terbuka.

Wajah Luna memerah. Amarah naik ke ubun-ubunnya. "IBU GA BOLEH BUKA-BUKA HP-KU TANPA IZIN!" Luna memandangi ibunya dengan tatapan tajam. Dadanya naik turun menahan emosi. "Aku benci Ibu! Aku nyesel jadi anaknya ibu!" seru gadis itu sebelum berlari keluar.

Vita tergopoh-gopoh mengikuti. Namun tubuhnya yang sudah berumur jelas tidak bisa mengalahkan gadis remaja. Ketika wanita itu berdiri di depan pintu, Luna sudah naik sepeda motor yang dikemudikan oleh temannya dan pergi.

"LUNA! LUNA!" panggil Vita putus asa, melihat anak semata wayangnya bahkan tidak menoleh ke belakang.

Sebuah ide terlintas di kepalanya. Dia segera kembali ke dalam rumah dan mengambil ponselnya lalu menelpon Luna. Terdengar dering masuk, hanya sekali sebelum dimatikan oleh Luna. Vita tidak menyerah, dia menelpon lagi. Kejadian yang sama berulang. Saat dia mencoba ketiga kalinya, panggilannya langsung masuk kotak suara.

Lutut Vita kembali melemas. Dia terpaksa berpegangan pada tembok. Luna memblokir nomornya.

 Luna memblokir nomornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jreng... Jreng... Jreng

Bakal makin panas ni 🥵🥵

Flirting My Boyfriend's Dad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang