De Julid -4- Tamagochan

9.7K 134 6
                                    

Written by alizarinlake

Rara Maharani mendesah terputus seperti tikus mencicit, nyaris memekik. Ia gigit ujung handuk untuk menahan mati-matian suaranya agar tidak meluncur lebih nyaring. Jika tidak, bisa menimbulkan kegaduhan ganjil dari bilik kamar mandi kosnya.

Gara-gara desakan Sabtu lalu yang tak terbendung, ia rela begadang hingga pergantian hari menjemput. Lagi pula ini akhir pekan, waktunya me time!

Sambil menikmati guyuran shower air dingin, ia sumbat telinga dengan earphone untuk mendapatkan efek suara yang menggetarkan detak jantung dari tontonan serial fantasi dewasanya.

Mata awasnya terpaut pada setiap adegan candu yang paling disukainya.

Seorang perempuan berbadan seperti gitar spanyol tengah memadu asmara dengan kekasih lelaki gagahnya di kamar gelap. Pakaian tersingkap dan menyisakan jejak kemerahan sebagai tanda cinta di sekujur tubuh berpeluh. Namun, tak lama tirai layar hitam bersama lantunan musik menutup serial bersambung itu.

Tangan kanan dewasa muda yang baru saja menginjak 21 tahun itu gemetar hebat ketika menggenggam ponsel yang dibungkus waterproof sudah low battery. Tubuhnya seperti disengat listrik tenaga kecil begitu nikmat. Ia menggelinjang setiap mengingat adegan manis itu.

Itu adalah ritual yang kerap ia lakukan belakangan ini acap kali berlama-lama di kamar mandi hanya untuk menuntaskan hasrat adiktifnya.

"Gila, ide si animator ini. Perlu kuterapin ke tulisanku," desis Rara setengah berbisik seraya menyengir girang. "Dan ceritaku akan spektakuler. Akh ... aku enggak sabar nunggu update-an seminggu lagi."

Setelah bosan bersenang-senang di kamarnya yang berukuran 2x2, Rara habiskan satu jam kesenangannya itu di toilet. Mumpung masih bersih dan aliran air belum bermasalah seperti ketika antre hari-hari sebelumnya. Untuk mendapatkan kepuasan itu, ia harus rela bangun lebih awal, sehingga tidak ada penghuni kos lainnya yang curiga. Suasana sunyi nan dingin di kamar mandi menciptakan kenikmatan privasi tersendiri baginya.

Rara pun mematikan layar ponsel dan memasukkannya ke dalam kantung plastik baju ganti. Lantas ia bilas badannya untuk mengakhiri mandi pagi.

Ibarat prangko dan stempel, Rara begitu lengket dengan benda persegi panjang sejengkal tangan itu. Warnanya yang hitam otomatis tersamarkan dengan jeans kasualnya.

Ia bergegas memasuki kamar kos dan menutup rapat pintu. Begitu pun ia isikan daya baterai agar leluasa mengecek semua notifikasi yang sudah membanjiri layar ponsel canggihnya.

Salah satunya dari kolom pemberitahuan lain. Ketika ia usap, muncul berderet-deret transfer sejumlah nominal hingga delapan digit hasil dari penjaringannya.

Tak lama rombongan pesan masuk memperlihatkan ruang obrolan virtual WhatsApp.

Tak lama rombongan pesan masuk memperlihatkan ruang obrolan virtual WhatsApp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Flirting My Boyfriend's Dad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang