44 - Akan Kukejar Walau Sampai Ke Ujung Dunia

516 20 0
                                    

"Motor itu pernah lihat di mana, ya?" gumam Vita sembari mengetuk-ketuk lengan sofa. "Ayo, ingat lagi, Vit. Aku yakin ada petunjuk. Atau suatu cara biar uangku kembali."

Vita melirik berkali-kali ponsel Luna yang tergeletak di meja. Gadis manis manis itu masih bercakap ria dengan temannya sambil sesekali menunjuk-nunjuk idol Korea pada majalah fesyen. Sepintas ia teringat Esta. Dada Vita merasa sesak, tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan orang tua bocah SMA itu kalau tahu anaknya menulis cerita homoseksual.

"Haaah … bukan urusanku. Prioritasku sekarang hanya Luna."

Karena akhir pekan tiba, Vita menawarkan anaknya untuk mengundang teman dekat main ke rumah. Ibu tunggal itu bermaksud agar Luna bisa berbaur layaknya remaja seumuran, tetapi tetap dalam monitoring. Bagaimanapun, rasa traumatik putrinya masih membekas. Jika dibiarkan, anak itu lebih memilih mengurung diri di rumah. Semakin pendiam. Tak dipungkiri keceriaan Luna agak menyusut. Sebagai Ibu, ia tak mau masa remaja Luna terus terbayang-bayangan kenangan suram.

Atensi Vita kembali lagi ke ponsel Luna. Sekelebat pikirannya tertuju akun Wattpad gadis itu. Ia memang tak memaksa Luna untuk menghapus akun medsosnya, melainkan justru memberi kelonggaran untuk mendapatkan hiburan dengan membaca fiksi daring. Sekaligus tetap bisa mengawasi aktivitas jejaring Luna.

Kalau saja urusan dengan perempuan itu sudah kelar, Vita tentu saja sekarang tengah melanjutkan hari-hari bahagia dan berfokus pada keluarga kecilnya.

Namun kini, tangannya dari tadi meremas resah. Drama Latin di televisi tak lagi menarik. Suara tawa renyah perempuan-perempuan belia di ruang tamu sedikit banyak membuat Vita makin gelisah.

Apa aku harus pakai Wattpad Luna buat stalking Rara? Tapi, kalau Luna lihat aku ngutak-atik hpnya diam-diam gimana? Ugh …. Haruskah aku minta izin? Yah, mungkin bisa. Tapi, bagaimana kalau Luna membenciku lagi? Atau paling buruk ….

Akhirnya hanya debasan panjang yang keluar. Ia pun mencoba melupakan rencananya. Memiliki risiko besar jika dipaksakan.

Vita kembali merenung. Memikirkan dan mencoba segala cara. Jari-jari gemuknya pun menuangkan kopi hitam pekat. Ia seduh perlahan. Membiarkan aroma wangi itu menyusup, menyapa penghidu. Pelan-pelan memberikan rasa tenang.

Aku coba bikin akun baru aja kali ya ….

Kemudian jempol-jempolnya tangkas menekan aplikasi Wattpad. Ia mengusap kolom daftar akun baru. Dengan begitu ia bisa kembali berselancar dengan mode anonim.

Bingo!

Tak sulit mencari akun Rara. Begitu Vita menyusuri salah satu karya Rara yang berada di baris paling depan, terlihat jejak aktivitas pembaruan chapter di messageboard.

"Dasar, emang kamu kira bisa kabur dariku, Ra!"

Rahang wanita itu makin mengeras. Ia runtut kolom komentar yang membuktikan Rara baru saja beberapa menit lalu saling berbalas dengan pembaca loyalnya. Vita mencibir. Entah mengapa otaknya berpikir lain, bisa saja Rara selama ini saling berbalas komentar dengan akun bodongnya sendiri. Ia mulai mempertanyakan siapa sebenarnya sebagian besar pembaca loyal Rara. Apakah benar mereka akun perseorangan. Atau ….

Hanya untuk memastikan bahwa Rara tampaknya masih online, Vita yang geram dan tanpa pikir panjang langsung mengirim pesan melalui jalur pribadi. Sudah tak tahan dengan tingkah kucing-kucingan ini.

 Sudah tak tahan dengan tingkah kucing-kucingan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Flirting My Boyfriend's Dad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang