"RENAAAALD!!!" seru Regina histeris. Ponsel yang biasanya tak pernah lepas dari kuku bermanikur itu kini dibiarkan teronggok di dalam tas Prada yang dia bawa.
"Renald! Jawab Mama, Nak!!!" jerit Regina membuat semua orang di mall memandangnya dengan jengah. Air mata meluncur tanpa kendali membuat maskara anti air pun tidak bisa menahan. Garis-garis hitam terbentuk di pipi berlapis foundation itu.
Mengabaikan sang suami yang masih murka karena istrinya lalai, Regina keluar dari kafe teras tersebut dan mulai menanyai siapa pun yang dia temui. Orang lewat, penjaga toko sebelah, satpam, hingga para pengunjung kafe yang sedang menyantap makanan.
"Kalian melihat anakku?! JAWAB!!!" serunya sambil mencengkram baju seorang ibu-ibu setengah baya yang memandang ketakutan ke arah Regina. Wanita cantik itu seperti kesetanan.
Keributan itu tak pelak membuat orang berkumpul dan Regina menjadi pusat perhatian. Suaminya yang malu segera memeluk Regina erat dan menariknya lepas dari ibu-ibu yang diserangnya. Regina meronta membuat rambut panjangnya yang halus kini tergerai kusut. Penampilannya tak ubah seperti orang gila.
"DIAM!" bentak pria gagah itu pada istrinya.
Regina terus meronta hingga pria itu tidak memiliki pilihan dan melepaskan wanita itu. Regina segera berbalik dan menuding suaminya.
"Kenapa kamu ga jaga dia?!"
"Aku sudah nitipin ke kamu! ITU SALAHMU SAMPAI RENALD HILANG!" balas Armand murka. "KAMU TIDAK PERNAH LEPAS DARI PONSELMU DAN TIDAK MENJAGA ANAKMU!"
"SALAHKU?!" seru Regina tak kalah sengit. Suaranya melengking hingga kerongkongannya sakit tapi dia tidak peduli. "ITU ANAK KITA! BUKAN ANAKKU AJA!"
Regina menghentak-hentakkan sepatu stileto keras-keras sebelum berlutut dan kembali menangis. Dia memanggil-manggil Renald putus asa.
Seorang satpam akhirnya berani mendekati setelah wanita itu tampak lebih tenang.
"Maaf, Pak. Mungkin Anda dan istri bisa ke informasi untuk mencari tahu. Mungkin saja anak Anda tersesat dan ditemukan orang," ucap pria berseragam itu sedikit ketakutan.
"Renald anak yang pintar! DIA GA MUNGKIN NYASAR!!!" bentak Regina membuat satpam itu kembali melangkah mundur.
"JAGA MULUTMU!" balas Armand. Kali ini Regina bungkam dan kembali menangis di lantai mall. "Terima kasih, Pak. Kami akan melapor." Pria itu berusaha tenang dan ramah pada satpam tersebut.
"Mari, Pak, saya antarkan ...."
Armand melihat istrinya yang begitu menyedihkan, tapi anehnya tidak ada rasa iba. Dia justru merasa marah pada istri yang lebih mementingkan kehidupan dunia mayanya daripada anak kesayangan mereka.
"Berdiri!" bentak Armand sambil meraih lengan Regina kasar.
Regina berusaha melawan tapi tenaga suaminya lebih kuat. Wanita itu akhirnya bangkit dan terseok mengikuti langkah Armand yang mengikuti sang satpam. Namun sebelum mereka berjalan lebih dari lima langkah, seorang pegawai dari gerai pakaian mendekati mereka dengan takut-takut.
"Ma-maaf, Pak, Bu. Apakah anak Anda memakai baju kuning dengan celana biru? Umurnya sekitar empat tahun?" tanya gadis yang berusia awal dua puluhan itu.
Mendengar anaknya disebut. Regina langsung mencengkram bahu si pegawai membuat gadis itu meringis. "BENAR! BENAR! Lu lihat Renald?!"
"Regina!" seru Armand kembali menggunakan tenaganya untuk menahan Regina dari menyakiti sang pegawai. "Benar, itu anak kami. Apakah kamu melihatnya?"
Gadis itu mengangguk lemah. "Dia digandeng sama cowok yang pakai sweater warna abu-abu. Mereka jalan ke arah parkiran." Gadis itu menunjuk pintu yang tak jauh dari sana, yang menuju parkiran mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flirting My Boyfriend's Dad [END]
RomanceThis story is for 18+, you've been warned. Dosa ditanggung oleh yang seharusnya bertanggung jawab. Hannah adalah sosok yang sempurna. Cantik, populer, bahkan berpacaran dengan Aarron si bad boy seksi yang menjadi incaran semua perempuan. Aaron menci...