Membongkar Sarang Penyamun

1.1K 31 4
                                    

Rumah bercat putih itu terletak di pojok, pagar tinggi berwarna cokelat seolah membentenginya dari tetangga sekitar.

Vita melihat aksi satreskrim polres metro Jakarta Utara bekerja sama dengan polres metro Bekasi melakukan penggerebekan di rumah Rara dari kejauhan.

Menurut seorang tetangga yang ikut melihat penggerebekan bersama Vita, rumah kontrakkan itu baru dua bulan ini terisi lagi. Pengontraknya seorang laki-laki yang sering naik motor sport berwarna merah.

"Ih, Ibu mah nggak nyangka, Neng. Itu penghuninya ya ganteng, penampilannya juga modis kayak bintang sinetron Anak Jalanan yang ganteng-ganteng itu. Ah, sama sekali nggak ada tampang kriminal. Mana orangnya ramah, suka senyum kalau ketemu sama ibu-ibu di sini," katanya.

Wanita bertubuh gempal itu hanya menyengir. Dalam hati jiwa nyinyir-nya memberontak. Ya, wajarlah penipu berkedok baik, kalau tampangnya seram kayak preman siapa yang bakal terjerat tipu dayanya.

Vita kembali fokus dengan misinya untuk menyaksikan bagaimana polisi-polisi itu meringkus Rara a.k.a. Haikal Rahadian. Mata awasnya memicing agar lebih jelas melihat dari tempatnya berdiri.

Jantungnya berdegup kencang saat menyaksikan bagaimana polisi-polisi itu bergerak dengan taktis. Ia teringat film laga yang pernah ditontonnya bersama Luna. Namun, sensasinya kali ini sangat berbeda. Ia merasa adrenaline-nya terpompa dengan cepat.

BRAK!

Suara pintu depan didobrak terdengar kencang. Polisi-polisi itu melangkah masuk dengan pistol-pistol terkokang siap menangkap mangsa. Derap langkah sepatu pantofel menjejak lantai ke segala penjuru rumah.

"Clear," kata Komandan pasukan memberi perintah.

Pistol-pistol itu diturunkan dan kembali disarungkan.

Vita mendekati rumah putih itu, lalu menjulurkan lehernya ke atas pagar untuk melihat lebih jelas apa yang terjadi di dalam.

Saat itulah ia teringat untuk mengabari Regina. Disentuhnya logo telepon di kontak pada aplikasi WhatsApp.

"Halo, Regina."

"Ha-halo, Vit. Gimana Rara ketangkep, kan? Renald ada di sana?" Suara Regina terdengar gugup bercampur dengan isak tangis yang tertahan.

Vita refleks menggeleng seolah-olah mereka sedang bicara berhadapan.

"Rara nggak ada, Gin. Dia udah kabur pas rumahnya digerebek," jelas Vita sesingkat mungkin.

"A-apa?! Kabur ke mana? Dia pasti bawa Renald!" Regina menjerit histeris.

"Aku belum tahu. Polisi-polisi itu masih di dalam, kayaknya lagi nyari petunjuk dan bukti-bukti lain." Hening sejenak. "Eh, Gin, udah dulu, ya. Nanti aku telepon lagi begitu ada perkembangan. Ini polisinya keluar rumah, aku harus ikutin lagi," ujar Vita.

"Vit! Vita, tunggu!" sahut Regina yang langsung terputus karena Vita sudah mematikan sambungan telepon.

"Vit! Vita, tunggu!" sahut Regina yang langsung terputus karena Vita sudah mematikan sambungan telepon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Flirting My Boyfriend's Dad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang