Part 5 - (Orchid)

1.6K 170 58
                                    

.
.
.

Udah siap?

Jangan lupa vote dan komennya yaa hihi

Selamat membaca 😊

☁️☁️☁️

Ketiga pemuda yang kini terlihat berdiri, menatap bangunan yang tampak terlihat bersih walau sudah tidak terpakai lagi. Sementara pria yang masih membentangkan kedua tangannya menghela napas, menurunkan kedua tangannya sebelum menghampiri ketiga pria, atau lebih tepatnya pria yang diapit oleh kedua temannya, yang masih mematung berdiri.

"Kurang sreg?"

Kedua pria itu mengalihkan tatapan, menatap Ares yang kini sudah berdiri di hadapan mereka, sebelum akhirnya menatap Saka yang kini berdeham ketika mendapat banyak tatapan terarah pada dirinya.

"Yaa buat luarnya oke sih. Cuma kan gua belum liat dalamnya, Mas."

"Astaga!" Ares menggeram kecil, mengacak rambutnya sebelum akhirnya menunjuk Saka dengan jari telunjuknya.

"Lo masih ngeraguin pilihan gua? Kalo kaya gitu batalin aja udah. Lo cari orang aja sana buat nyari tempat usaha lo!" Ares sudah akan berbalik, ketika Bima, cowok dengan senyum di wajahnya merangkul Ares dengan akrab.

"Eh ngambek dia mah. Kita sreg kok, bakal diambil udah ruko ini."

"Kasih tau temen lo noh! Kek cewek amat banyak omong."

"Permintaan, Mas. Lagian lo juga minta harga yang bakal ngejamin tempatnya bagus kan?" Saka berjalan, mendekati pintu masuk yang memperlihatkan ruangan dalam yang lengang dan kosong. Diikuti Ares yang masih dirangkul oleh Bima serta Sakti yang sejak datang tadi memilih bungkam.

"Harga yang lo tawarin udah termasuk pekerja buat ngecat sama ngedesain tempat ini kan, Mas?"

"Iyeee. Tinggal lo kirim aja maunya kaya gimana ini tempat. Lo tinggal terima beres aja."

"Oke." Saka mengangguk dan mulai sibuk dengan ponselnya ketika Ares menatap Sakti dan Bima yang terlihat sedang berdiskusi entah tentang apa, tapi yang pasti jari-jari mereka seakan melukis tembok yang kini berwarna hitam.

"Heh." Panggilan Ares membuat Sakti dan Bima menoleh.

"Sebenarnya ini kafe tuh siapa yang punya sih?"

"Kita bertiga," jawab Bima dan Sakti bersamaan.

"Lah kalo kaya gitu, kenapa itu anak malah banyak maunya sih?" Ares menunjuk Saka yang kini terlihat sedang menatap ruangan-ruangan yang ada di dalam bangunan ini.

"Semua dana itu Saka yang keluarin. Kita cuma bantu-bantu aja," jawab Bima.

"Bantu apaan? Do'a?"

"Iyaaa. Napa sih lagian?" tanya Sakti sembari menatap Ares dengan kernyitan dahi.

"Yaa nggak apa-apa sih. Nanya aja gua mah." Ares mengendikan bahu lalu menatap Saka yang masih sibuk berlalu lalang.

"Yaudah deh, paling nanti gua kesini lagi kalo udah jalan pekerja lo," ucap Saka mengakhiri kegiatan berkelilingnya dan memilih menghampiri Ares.

Memasukan ponselnya pada saku jaket lalu menatap Ares sebelum akhirnya menepuk bahu kiri Ares.

"Makasih yaaa, Mas. Maaf kalo gua ngerepotin nih."

"Santuy. Jadi ini nih impian yang sering dulu lo bilang? Buka usaha sendiri?" tanya Ares seraya menaikan satu alisnya dengan jahil.

"Iyeee. Biar jadi bos katanya mah, Mas. Dari dulu kalo ditanya cita-citanya pengen jadi bos mulu. Heran," sahut Bima seraya ikut berdiri di samping Saka. Diikuti Sakti yang terkekeh kecil sembari menatap Saka.

After We Meet Again - (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang