☁️☁️☁️
Saka merasa gelisah. Terhitung lewatnya tiga hari lalu, dimana malam itu ia mengucapkan kalimat mengandung keinginannya menjadikan Daisy sebagai gadisnya, yang sampai saat ini jawaban yang didapat Saka hanyalah kerjapan mata serta wajah terkejut sekaligus merona dari Daisy. Dari malam itu pula, ketika akhirnya ia kembali pulang ke rumahnya, bersama Daisy yang selama perjalanan pulang diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Yang disambut oleh lontaran pertanyaan dari bibir yang berbeda-beda, Saka tidak dapat menjawabnya. Karena rasa gelisah dan takut menguasai tubuhnya. Ditambah fakta bahwa Daisy menghindar darinya membuat rasa itu kian membesar. Memenuhi isi kepala dan hatinya hingga berefek pada hilangnya fokus terhadap ketiga orang yang sejak tadi berdebat akan masalah kemarin sore tidak dihiraukan oleh Saka.
"Raka, kamu marah sama aku?" Bella, gadis yang saat ini memakai kaos kuning dengan rok putihnya menatap Saka dengan dahi mengerut.
"Masih mau nanya lagi lo?" Sakti menatap Bella dengan kedua alis yang terangkat.
"Yaa gua harus dapat jawaban yang pasti dari Raka, seengganya."
"Terus kalo udah dapat jawabannya, lo mau ngapain? Salto depan si bocil?"
"Mau buktiin kalo kemarin sore itu bukan salah gua!" Bella masih terus berusaha keras, memberi tahu bahwa ia tidak salah akan keributan yang terjadi kemarin sore.
"Padahal lo yang sengaja numpahin saos ke bonekanya," gumam Bima seraya menatap Bella dari balik bulu matanya.
"Gua nggak sengaja! Berapa kali sih gua bilang hah?!"
"Semua juga tau lo sengaja."
"Diem lo! Lo gak ada di tempat, gak usah ngasih persepsi yang bikin Raka salah paham." Bella menunjuk Sakti dengan telunjuknya. Dengan wajah memerah menahan amarah.
"Sakti yang gak ada di tempat aja tau lo sengaja. Masih aja ngeles." Bima menghela napasnya. Kepalanya menggeleng pelan, berdecak dalam hati ketika memikirkan alasan kenapa Saka tidak pernah mempunyai perasaan lebih kepada Bella.
Muka doang kalem, anggun. Kelakuan bar-bar banget kalo lagi marah.
"Ka, kamu nggak percaya sama mereka kan?" Bella menggoyangnya lengan Saka, membuat pria yang baru saja mendapat fokusnya menatap Bella dengan datar.
"Aku beneran nggak sengaja, Ka." Bella melonggarkan emosi di wajahnya. Menatap Saka dengan memohon.
"Gua bakal melakukan hal yang sama, dengan apa yang dilakukan Daisy kemarin sore, Bell," ucap Saka pelan nyaris berbisik. Namun dapat membuat Bella menggenggam tangan Saka panik dan Bima serta Sakti yang tersenyum tipis.
"Kaa..."
"Raka!" Bella berteriak, nyaris putus asa ketika Saka memilih berdiri dari duduknya. Meraih tas ransel hitamnya tanpa mempedulikan Bella yang kini menatapnya dengan berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet Again - (Tamat)
Teen Fiction"Untuk masa kecil yang telah memberi banyak warna, aku ucapkan terimakasih." "Dan untuk masa depan yang memisahkan kita, aku harap kita bisa bertemu kembali. Sebagai seseorang di masa kecil terdahulu." -Daisy ~~~ "Saka, punya cita-cita?" Anak perem...