☁️☁️☁️
Jam yang terpajang rapi dalam meja belajarnya sudah menampilkan angka 10. Namun Daisy masih saja terduduk di kursi belajarnya, dengan buku paket yang cukup tebal telah terbuka sejak tadi.
Daisy menahan kantuknya, mencoba mencari cara agar kantuknya hilang. Besok atau mungkin hingga beberapa bulan ke depan jadwalnya akan kembali padat. Ujian-ujian sudah menanti di depan mata. Dan Daisy mulai sibuk dengan jadwal les atau jam belajarnya yang ditambah secara maksimum.
Mengingat bagaimana Bundanya yang selalu giat mencari uang untuk sekolahnya membuat Daisy bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk Bundanya. Juga tentu, untuk dirinya sendiri.
Daisy tersenyum dalam kantuk yang hampir mengalahkan tekadnya. Lalu tiba-tiba memori itu berputar. Ketika beberapa tahun lalu rasanya ia pernah berada di posisi ini.
Daisy menatap Saka yang kini masih berkutat serius dengan buku tipis yang Daisy ketahui itu buku pelajaran. Matanya setia memperhatikan bagaimana mata Saka yang seakan dihipnotis oleh setiap kalimat yang dibacanya. Bola mata Saka yang terus mengikuti jalannya kalimat hingga selesai, membuat Daisy sedikit maju demi melihat apa yang sedang dibaca oleh Saka.
"Saka nggak pusing?"
Saka menggeleng, fokusnya tidak terpecahkan walau dengan pertanyaan dari Daisy.
Daisy mengernyit ketika membaca beberapa kalimat yang membuatnya meringis. Lalu dirinya memutuskan untuk merebahkan diri. Menatap langit yang kini berhiasi bulan yang sempurna utuh dan beberapa bintang yang hari ini terlihat berkilauan.
"Daisy pusing."
"Padahal dari tadi nggak ngapa-ngapain," ucap Saka seraya melirik Daisy sekilas.
Daisy menghela napasnya, tangannya terulur seolah hendak mengambil bintang atau bulan dari atas sana.
"Daisy nggak tau gimana caranya biar hafal semua yang ada di buku."
Saka menoleh sepenuhnya pada Daisy yang sekarang sibuk menggapai bintang dan bulan di atas sana. Saka menaikan kedua bola matanya sembari mengetukan pulpen pada buku pelajarannya.
"Daisy?"
"Hem?"
"Lihat Saka dulu."
"Apa sih?" Daisy mengernyit marah, tidak suka aktifitas barunya dalam mengambil bintang dan bulan di atas langit sana terganggu.
"Mau tau nggak gimana caranya biar cepat hafal semua yang ada di buku?"
"Gimana?"
Saka menghela napasnya, meredam kesal ketika Daisy masih tak menghiraukannya.
"Nggak jadi deh. Kamu juga nggak mau lihat Saka." Saka kembali membaca buku pelajarannya. Kali ini dengan tubuh yang menyerong, seolah menjauhi Daisy yang kini teralihkan ada aktifitas barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet Again - (Tamat)
Ficção Adolescente"Untuk masa kecil yang telah memberi banyak warna, aku ucapkan terimakasih." "Dan untuk masa depan yang memisahkan kita, aku harap kita bisa bertemu kembali. Sebagai seseorang di masa kecil terdahulu." -Daisy ~~~ "Saka, punya cita-cita?" Anak perem...