☁️☁️☁️
Vio membawa Daisy pada dapur yang terlihat sedikit berantakan. Membawa putrinya menjauh untuk berbicara empat mata. Kini dirinya dapat melihat bagaimana rambut Daisy yang berantakan, napas putrinya yang sedikit memburu dan air mata yang masih mengalir dari kedua matanya. Sejak teriakannya yang berhasil menghentikan perkelahian di halaman tadi, putrinya tidak berani menatapnya. Daisy menundukan kepala seakan mengakui bahwa dirinya memang bersalah.
"Bunda, nggak pernah ngajarin kamu untuk berkelahi, Daisy." Vio melipat tangannya di dada. Menatap Daisy dengan dalam, memberi sedikit pelajaran bahwa berkelahi adalah hal yang tidak ia sukai.
"Bunda nggak tahu, siapa yang memulai perkelahian. Tapi yang Bunda tahu, anak Bunda nggak pernah mencari masalah. Apalagi sampai berantem kaya tadi."
"Maaf Bunda," lirih Daisy masih terus menundukan kepalanya dalam-dalam.
"Minta maaf sama Bella. Dan janji sama Bunda kalo kamu nggak bakal kaya gini lagi."
"Tapi Bunda," Daisy akhirnya mengangkat kepalanya, menatap Vio seraya mengusap pipinya yang basah, "Daisy nggak salah. Kak Bella duluan yang cari masalah sama Daisy."
"Karena Mega terkena saos sambal? Daisy, kamu bahkan Bunda bisa aja bersihin itu boneka. Nggak perlu dibesar-besarkan."
Tidak! Daisy ingin sekali berteriak pada Bundanya. Ini bukan hanya Mega yang kotor karena Bella menumpahkan saos sambal. Tapi ini juga soal perasannya yang tidak rela melihat barang yang ia berikan hanya untuk Saka seorang disentuh, bahkan oleh teman dekat Saka sekalipun. Tentang perasaannya yang mengetahui bahwa Bella turut diundang di acara ini, tentang perasaannya yang selalu mengganjal melihat Bella yang dekat sekali dengan Saka. Saka-nya. Dan Daisy masih bingung akan semuanya.
"Minta maaf sama Bella. Juga sama Mama Rara dan Papa Adrian," ucap Vio tegas, membuat Daisy tersadar.
"Iyaa, Bunda." Karena pada akhirnya Daisy tidak dapat menyampaikan sanggahannya. Bagaimana perasaannya yang sekarang tengah bingung pada Bundanya.
"Bunda tahu kamu mungkin punya alasan. Tapi untuk meminta maaf duluan pun bukan berarti kamu kalah." Vio membawa Daisy pada pelukannya. Ia tahu, putrinya tidak mungkin memulai perkelahian. Tapi membela Daisy disinipun dirasa perbuatan yang salah.
"Maafin Daisy, Bunda. Daisy janji, nggak bakal berantem lagi."
Vio mengangguk kecil. Mengeratkan pelukannya seraya mengecup pucuk kepala putrinya.
~~~
Kedua tangannya sudah penuh dengan memegang dua gelas berisi cokelat panas sementara kakinya melangkah mendekat, pada gadis yang kini tengah sibuk menggosok boneka awannya dengan sikat kecil di tangannya.
"Sibuk banget," ucap Saka setelah menempatkan diri di sebelah gadis yang kini mendongak, menatapnya dengan cebikan di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After We Meet Again - (Tamat)
Novela Juvenil"Untuk masa kecil yang telah memberi banyak warna, aku ucapkan terimakasih." "Dan untuk masa depan yang memisahkan kita, aku harap kita bisa bertemu kembali. Sebagai seseorang di masa kecil terdahulu." -Daisy ~~~ "Saka, punya cita-cita?" Anak perem...