Part 2 - (Curiga)

2.1K 195 45
                                    

🌼🌼🌼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌼🌼🌼


Matanya masih menatap formulir yang berada di genggamannya. Formulir yang berisi data diri, universitas yang dituju dan jurusan yang diminati.

Daisy menghela napasnya. Kembali menatap teman sekelasnya yang sibuk mengisi formulir yang berada di atas meja. Termasuk Yasmin, yang sekarang tengah bergumam tentang jurusan yang akan dipilihnya.

"Ini, beneran harus diisi nggak sih?"

"Nggak. Lo pelototin terus diputar, dijilat dan dicelupin," jawab Yasmin asal.

"Aku belum kepikiran deh mau masuk universitas mana."

"Kaya punya pikiran aja lo."

Daisy mencebikan bibirnya. Sebenarnya ia bisa saja dengan mudah mengisi universitas serta jurusan yang ia minati. Namun obrolan bundanya tempo hari dengan seseorang membuat Daisy sedikit ragu untuk mengisi formulir tersebut. Bahkan, Daisy sudah berniat tidak ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan.

Daisy menghela napas lega, ketika kerongkongannya telah dialiri oleh air es yang selalu bundanya buat. Langkahnya ia tuntun menuju ruang tamu, dimana bundanya sedang sibuk menelepon dengan seseorang yang tak Daisy kenal.

"Uang tabungan yang ditinggal Mas Anggar udah menepis, Bule. Sementara Daisy juga sebentar lagi mau masuk kuliah, pasti butuh biaya yang banyak."

Ucapan bundanya membuat Daisy mengurungkan niatnya untuk menghampiri, memilih menggeser tubuhnya pada tembok yang menghalangi tubuh kecilnya.

"Vio minta tolong yaa, Bule? Vio siap kok kerja ditempatin di bagian mana aja. Yang penting ada pemasukan tambahan untuk biaya kuliah Daisy nanti," ucap Viola memohon.

Lalu Daisy mengintip ketika suara bundanya tak terdengar lagi, dan dapat Daisy lihat bagaimana bundanya tersenyum dengan binar di matanya.

"Makasih banyak yaa, Bule. Vio tunggu kabar selanjutnya. Wassalamu'alaikum."

Vio menutup teleponnya dengan penuh harap yang penuh. Ini demi gadis semata wayangnya. Tanpa Vio tahu bahwa ada harapan yang dikubur dalam-dalam akibat mendengar percakapannya.

Daisy melipat formulirnya dengan rapi, membuat Yasmin yang sejak tadi sibuk, menoleh, menatap Daisy dengan bingung.

"Beneran nggak mau diisi?"

"Aku kumpulin besok aja deh. Mau minta pendapat bunda dulu."

"Lo yang mau kuliah padahal, Dai."

"Nggak apa-apa. Siapa tahu bunda bisa bantu kan."

"Hem. Terserah lo."

~~~

Daisy berjalan dengan pelan menuju rumahnya. Menatap kedua kakinya yang melangkah bergantian. Dahinya sedikit mengerut ketika ia tidak melihat bayangannya di aspal, lalu kepalanya mendongak. Matanya disuguhkan dengan langit biru dengan awan yang sedikit mengabu. Membuat senyumnya tertarik tipis.

After We Meet Again - (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang