Part 19 - (Kabar Gembira)

1K 117 9
                                    

☁️☁️☁️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☁️☁️☁️

"Pak Sakti!"

Sakti menoleh ketika panggilan itu menusuk ke telinganya. Ia baru saja selesai rapat dengan Saka dan Bima, dan gadis yang kini menatapnya dengan datar masih setia berdiri di depan meja kasir.

"Bisa nggak? Manggilnya nggak usah Pak. Gua masih muda," ucap Sakti seraya berjalan mendekat pada Mina, gadis yang telah menjadi karyawan di Orchid Caffe.

"Mas, gitu?" tanya Mina dengan mengangkat satu alisnya.

"Baper nanti anak orang," sahut Bima seraya terkekeh. Membuat Sakti menatapnya sinis dan Mina yang memutar kedua bola matanya malas.

"Serba salah," gumam Mina lalu membuka laci kasir.

"Nih, ada surat lamaran." Mina menyimpan map cokelat tersebut di atas meja, yang berhadapan dengan Sakti.

"Ngegas banget, Mbaknya. Pengen banget diseriusin sama Mas Sakti ya?" Sakti mengerling centil, membuat Bima yang kini berada di sampingnya berlagak seperti ingin muntah.

"Lamaran kerja!" Mina mendelik, lalu berlalu begitu saja meninggalkan Sakti yang masih terkekeh di tempatnya.

"Cantik. Tapi jutek banget."

"Mampus lo! Nggak usah banyak gaya makannya. Ngaca! Cewek macam Mina mana mau sama modelan cowok kaya lo!"

"Nanti juga luluh."

"Sama gombalan receh dan bikin muak itu?" Bima menatap Sakti dengan alis yang terangkat satu. "Makin muak yang ada, Sak!"

"Ribet banget lo," gumam Sakti seraya membuka tali penutup dari map cokelat yang dipegangnya.

"Ada lagi?" Saka baru saja bergabung, dengan tas ransel hitam yang sudah bersandar di punggungnya.

"Hem." Sakti mengangguk, lalu menghentikan tangannya yang hendak mengeluarkan surat lamaran dari dalam map.

"Gua nggak akan ngasih liat buat calon karyawan kita ini," ucap Sakti dengan senyum jahil di wajahnya, membuat Saka dan Bima mengernyit kebingungan.

"Sok surprise banget emang lo! Banyak tingkah!"

"Lo ada masalah apa sih sama gua, Bim? Ngegas mulu bawaannya."

"PMS gua!"

"Pantes," gumam Sakti. Lalu matanya menatap Saka yang sibuk memperhatikan ramainya meja kafe oleh para pengunjung.

"Rak?"

"Hem?"

"Raka! Gua mau ngomong!"

"Apa?" Saka akhirnya menoleh, menatap Sakti dengan wajah lelah yang menghiasi wajahnya.

"Tebak, menurut lo cewek cowok?"

"Apanya?"

"Nih," Sakti melirik map cokelat yang dipegangnya, "calon karyawan kafe kita nanti. Menurut lo cewek apa cowok?"

After We Meet Again - (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang