Part 28 - (Pertengkaran)

1.3K 127 1
                                    

Udah siap baca double partnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah siap baca double partnya?
.
.
.
Selamat membaca 😊

🌼🌼🌼

Bella tahu, bahwa apa yang terjadi kemarin malam adalah pertanda bahwa dirinya benar-benar harus berjuang ekstra demi mendapatkan Saka. Dan hal paling terburuknya adalah dirinya tidak akan pernah bisa mendapatkan Saka. Tidak. Bella tidak akan semudah itu untuk merelakan Saka dengan seorang gadis yang, Ya Tuhan, waktunya dengan Saka tidak bisa dibandingi dengan gadis yang baru saja Saka temui beberapa hari di Orchid Caffe. Maka dari itu, tas yang sejak tadi tergantung di pundaknya ia taruh dengan keras, pada meja yang telah diisi oleh beberapa kertas, dua buah laptop dan beberapa botol minuman dan dua bungkus kacang kulit yang tersisa setengah, menimbulkan bunyi yang cukup menyita perhatian ketiga pemuda yang mengelilingi meja.

Sakti adalah orang pertama yang memberi reaksi. Mengambil 2 botol minuman dingin yang tertidur akibat hentakan dari tas yang baru saja Bella taruh di atas meja.

"Lo kalo mau marah nggak usah bikin duit gua melayang dong!" sentak Sakti seraya menatap Bella dengan sinis.

Tanpa mempedulikan ucapan Sakti yang sedikit membentaknya, Bella bertopang dagu. Menatap Saka yang tidak memberikan reaksi apapun atas keributan yang terjadi akibat ulahnya.

"Kamu sebenarnya ada hubungan apa sama cewek kasir itu?" tanya Bella langsung. Tanpa basa-basi, membuat ketiga pria yang sejak tadi fokus dengan aktifitasnya memberikan reaksi yang berbeda. Bima yang mendengus, Sakti yang mengernyitkan dahinya bingung dan Saka yang masih menatap layar laptopnya dengan serius. Sebelum akhirnya menarik napas dan menatap Bella dengan tegas.

"Daisy, Bell. Cewek itu punya nama."

"Aku nggak peduli yaaa, Ka. Kemarin itu aku sengaja datang ke kafe cuma buat ketemu sama kamu. Sabtu, kamu nggak ada di kafe. Padahal aku sama Mama udah datang, sebelumnya juga aku udah chat kamu. Tapi nggak ada balasan. Dan kemarin, kamu seenaknya bilang kalo aku nggak ada kasih tau kalo mau datang buat ketemu kamu, setelah chat Sabtu malam itu nggak ada jawaban!"

Baik, Saka rasa ini akan menjadi perbincangan yang serius. Dan, baru saja ia akan menjawab, namun tangan Bima yang terangkat dan ucapan yang terlontar dari bibirnya membuat Saka menatap temannya yang kini memberikan cengiran di wajahnya.

"Ini... gua sama Sakti perlu pergi dulu nggak?"

"Nggak perlu," jawab Sakti seraya menyenderkan tubuhnya pada bangku kantin. Tangannya bersedekap dada serta menatap Saka dengan satu alis yang terangkat. "Biar gua juga tau, sejauh apa hubungan lo sama Daisy? Ka? Seriusan? Daisy si bocil itu kan?"

Saka memijat pelipisnya pelan. Kepalanya mendadak penat kembali ketika pertanyaan Sakti muncul begitu saja. Belum lagi Bella yang masih memberikan tatapan intograsinya. Padahal baru beberapa menit yang lalu dirinya akan menghela napas lega. Dan ucapan Bima selanjutnya membuat Saka ingin sekali menghilang begitu saja di hadapan ketiga orang yang membuat kepalanya ingin meledak.

After We Meet Again - (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang