Part 23 - (Tatapan tanpa Penghalang)

1.3K 140 1
                                    

☁️☁️☁️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☁️☁️☁️

Saka tersenyum kecil, melihat gadis yang kini duduk hampir di ujung meja. Dengan kepala yang terus menunduk dan wajah yang ia tutupi sebagian dengan masker putih, namun bisa dapat ia kenali dari bentuk matanya.

Hatinya tiba-tiba saja menghangat, dirinya dipenuhi rasa bahagia ketika melihat gadis yang 11 tahun lalu masih menjadi seorang anak kecil yang menyukai permen kapas yang selalu dibelinya di supermarket.

Apa semua kesukaannya masih sama hingga saat ini?

Saka tahu, terkadang waktu bisa merubah semuanya. Termasuk untuk gadis yang tidak pernah Saka lupakan diingatannya, bahkan di hatinya. Apalagi, 11 tahun bukanlah waktu yang singkat. Apa saja yang telah dilalui, disukai atau bahkan dibenci oleh gadis ini selama berpisah dengannya.

Tepukan kecil di pahanya, membuat Saka menoleh pada Sakti. Menyuruhnya untuk mendekat dengan tangan kanan yang kini menutupi sisi bibirnya.

"Biasa aja ngeliatin si bocilnya, Ka," bisik Sakti dengan kekehan halus di bibirnya.

Saka hanya mengernyit, berdeham kecil lalu kembali fokus pada Bima yang kini sedang menjelaskan jadwal masuk pershift dari kafe ini.

"Jadi, jadwal udah saya buat untuk bulan ini. Semua menyesuaikan yaa, karena disini ada beberapa yang sedang kuliah juga kan?"

Beberapa karyawan terlihat mengangguk membenarkan.

"Nanti bisa di cek aja lagi, takutnya ada yang bentrok sama jam kuliahnya."

"Tadi kenapa nggak di cek dulu aja sama lo?" tanya Saka.

"Lah?" Bima menatap Saka dengan kedua alis yang terangkat. "Udah gua cek. Cuma kan gua manusia, Ka. Siapa tau ada yang keliru."

"Cek lagi aja sekarang, sekalian pastiin buat yang lagi kuliah, mereka hari apa aja kuliahnya."

"Oh oke-oke." Bima menganggukan kepalanya beberapa kali.

"Buat Tito, kamu kuliah di hari Jum'at, Sabtu dan Minggu kan? Kelas siang?"

"Iyaaa, Mas."

Bima terlihat fokus kepada layar laptopnya, memastikan jadwal Tito di hari kuliahnya tidak bentrok dengan jadwal masuk shiftnya di kafe ini. Saka pun terlihat mengeceknya dengan kepala yang sedikit dimiringkan.

"Okey. Selanjutnya, Daisy?"

Bima menatap Daisy yang kini masih menundukan kepalanya. Sedangkan Saka yang berada di sebelah Bima pun sedikit terkejut ketika mendengar gadis ini mengambil kerja paruh waktu di sela jam kuliahnya.

"Daisy?"

"E-eh, iya Pak?"

Sakti terkekeh kecil ketika mendengar panggilan Pak dari Daisy yang ditujukan pada Bima. Sementara yang diberi panggilan, memandang sekilas Sakti dengan sinis, sebelum akhirnya mengalihkan tatap pada layar laptopnya.

After We Meet Again - (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang