Kobaran api merah menyala di suatu petang mencekam dan kelam. Rumah-rumah sederhana penduduk yang terbuat dari kayu beratap jerami, terbakar. Si jago mereh melahap tanpa pandang bulu. Jerit tangis terdengar di sana-sini, bercampur dengan hawa panas serta asap pekat menyesakkan dada siapa pun yang menghirupnya.
Dalam sekejap para wanita Desa Geumsok kehilangan suami dan anak-anak mereka kehilangan ayah, setelah para pria dan pemuda desa itu dibantai pasukan militer kerajaan yang dipimpin jendral Min Dong Shin.
Penduduk Desa Geumsok yang mayoritas pensiunan militer menjadi sasaran fitnah keji militer kerajaan. Mengambing hitamkan mereka sebagai pemberontak.
Seorang gadis cilik berusia sepuluh tahun bernama Gong Soo Min tampak begitu syok saat menyaksikan desa tempat tinggalnya yang tadi siang dalam keadaan damai, saat kembali telah luluh lantak, menyisakan puing-puing rumah yang masih menyisakan kobaran api.
Mayat-mayat bergelimpangan di mana-mana dalam kondisi mengenaskan.
Asap tebal membuat pandangan kian terbatas. Kaki mungilnya melangkah menerobos tanpa memedulikan rasa takut. Matanya yang jernih mulai berkaca-kaca, hingga dalam hitungan detik cairan hangat berjatuhan melewati pipi. Rahangnya mengatup gemetar, hampir tak dapat berkata-kata.
"Ayah!" teriaknya dengan mata yang tak henti menatap sekeliling.
Kakinya mendadak lemas hingga ambruk di tanah kering berdebu, saat menyaksikan ayahnya telah terbujur kaku menjadi mayat, tergeletak di depan sisa-sisa puing rumah yang terbakar. Luka sayatan di leher dan tusukan di perut, dengan darah di sekujur tubuhnya, terlihat mengerikan bagi gadis kecil yang sekarang sebatang kara.
Tangan mungilnya menggoncang-goncangkan tubuh orang yang dikasihinya, berharap keajaiban datang membangunkan yang tak bernyawa.
"Ayah! Bangunlah! Ini aku, Soo Min!" Gadis kecil itu memeluk jasad Gong Chil Hoon sang ayah, merapatkan kepalanya di dada pria dengan luka sayatan di leher itu. Namun, detak jantung yang diharapkan, tak terdengar. Begitupun saat meraba denyut nadi pergelangan tangannya, sudah tak terasa.
Dari kejauhan seorang bibi paruh baya berteriak. "Lari dari sini, Nak! Banyak orang jahat mengincar gadis seusiamu untuk dijadikan budak!"
"Bibi Sae Ryun...," lirih gadis kecil itu saat melihat tetangga yang dikenalnya. "... Apa yang terjadi, Bi?" teriak Soo Min dari kejauhan dengan sisa-sisa isakan tangis.
"Sudah, jangan banyak tanya. Pergi sejauh mungkin dari ini, kalau kau ingin selamat!" serunya lagi dengan suara lebih keras.
Gadis kecil itu bangkit berdiri, walau lututnya masih lemah dan gemetaran. Dia berlari sekencang yang ia bisa.
Benar saja, dari kejauhan matanya menyaksikan gadis sebaya dengannya tengah di seret seorang pria ke dalam kereta kuda. Di dalam kereta kuda itu terdengar jerit dan tangis gadis-gadis remaja yang memberontak dari cengkeraman empat pria dewasa bertubuh kekar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clouds Chasing The Sun (TAMAT)
Historical FictionKarena pakaian yang ditemukannya di batu sungai, nasib Gong Soomin berubah total. Dia tiba-tiba saja dikenali sebagai selir raja tingkat pertama yang hilang misterius. Hal itu ternyata bukan tak beralasan, tapi memang wajah Soomin mirip dengan selir...