22. Licik!

12 3 0
                                    

"Gue gak boleh biarin ini semua terus berlarut-larut. Al harus tau apa yang sebenarnya terjadi. Dan semua orang harus sadar kalo ini cuma permainan. Just the Game!"

-Harry Bagaskara-

***

"Am? Lo... Astaga, gue minta maaf sama lo... Gue salah, dan seharusnya gue sadar kalo dari awal gue udah salah. Tapi, Ahh sial! Gue gak bisa ngomong langsung ke lo Amira Anastasia...." Ungkap Dev sembari menghajar samsak miliknya. "Gue bodoh! Dev bodoh! Gue ahh gue... GUE GAK PANTES BUAT AMIRA!"

Dev terus memukul samsaknya, hingga dia lelah, dan terkapar di kasurnya seperti saat ini. "Kenapa gue harus jadi gue?? Gue pengen semuanya baik-baik aja, tapi... Tapi kenapa gak bisa??" Cicit Dev yang kelelahan lalu tiba-tiba menangis.

***

Harry kini berada di dalam mobilnya. Ia belum menjalankan mobilnya kemanapun. Ia harus menyusun strategi untuk semua ini dan mengungkap konspirasi yang di rencanakan oleh Dev. Ia sangat yakin, ada sesuatu yang janggal. Sampai sebuah notif membuyarkan pikiran-pikirannya.

@rebbecaroline : aku pengen ketemu kamu

"Astaga... Pesan macam apa ini!" Umpat Harry yang muak dengan caroline.

@bagasharry_ : gue?

@rebbecaroline : iya? Kenapa? Aku share location yahh...

@rebbecaroline : di cafe euphoria,  kamu tau kan?

Harry yang membaca pesan dari Caroline kini sudah mengeluarkan keringat dingin. "Gue, ke euphoria? Itukan?? Cafe yang sepaket sama club. Masa iya gue ke tempat begituan sama tante-tante. Ihh merinding dahh gue:'v" Rutuk Harry dalam hati.

@bagasharry_ : Hmm... Gimana kalo di kedai kopi aja

@rebbecaroline : Tapi aku udah pesen tempat buat kita

"Astaga, sejak kapan di euphoria harus pesen tempat? Aduhh makin ngeri gua" Ucap Harry dalam hati. Ia sudah sangat muak dengan dokter tante-tante ini.

@bagasharry_ : di kedai kopi about love aja, di situ lagi banyak di kunjungin sama anak muda loh...

@rebbecaroline : oke, aku otw yahh

"Huft... Lega... Oke, gue juga otw lahh..." Saat Harry ingin menaruh ponselnya, justru ia memencet akun Caroline. "Astaga, Dev sama Caroline saling follow? Mereka kenal dari mana?" Ketika Harry semakin sibuk bergelut dengan pikirannya, lagi-lagi ada notif yang mengacaukannya.

@rebbecaroline : kamu udah sampe belom? Aku udah deket

"Astaga... Kenapa gue lupa yahh... Bales apa nihh..."

@bagasharry_ : gue telat dikit yahh, lagi isi bensin

"Boong dikit gapapa kali yahh:'p"

***

Sesampainya di parkiran, ternyata mobil Caroline belum ada dan tandanya, Caroline belum sampai. "Oke, cewe pembual!" Ujar Harry berbicara sendiri. Harry memutuskan untuk menunggu Caroline di mobil. Tetapi ia ingin pergi ke toilet. Saat Harry keluar dari mobil, sebuah pajero hitam berhenti di sebelahnya. Lalu terdapat seorang gadis yang keluar dari mobil itu.

"Aku minta maaf yah, telat." Ujar gadis itu. "Oke, no problem." Jawab Harry sesantai mungkin. "Cari tempat yuk..." Ajak Caroline. Tetapi Harry tidak menjawab, Ia hanya pergi meninggalkan Caroline di belakang sambil memasukkan tangannya kedalam kantung celananya. "Ihh tungguin dong..." Ujar Caroline manja sembari berlari kecil mencoba menjajari Harry.

"Enek banget gue sama tante-tante modelan lo:'v" Ujar Harry dalam hati.
Mereka mulai memasuki kedai tersebut dan mencari bangku kosong.  Mereka duduk di dekat pintu keluar. Hmm... Itu pilihan Harry, dan tentu saja Caroline sebenarnya tidak setuju. Tapi Harry Bagaskara adalah orang yang sangat keras kepala. Lagi-lagi Harry yang menang.

Caroline tetap mengomel perihal tempat duduk, Walaupun tidak di dengarkan oleh Harry yang asik memainkan ponselnya. Hingga datang seorang pelayan yang akan mencatat pesanan mereka. "Saya es kopi gula aren aja mas. Ada kan?" Ujar Caroline tanpa melihat ke arah sang pelayan. "Iyaa ad—" Jawab sang pelayan terpotong oleh suara Harry. "Aehh, Dev kok lo ada di sini? Lo kerja di sini?" Tanya Harry bertubi-tubi. Yang di tanya sempat kaget mengetahui bahwa yang ia layani adalah temannya. Tapi ia tetap menjawab dengan anggukan sopan.

Wajah Caroline memerah ketika mengetahui bahwa orang yang melayani mereka adalah Dev Rebbeck. Caroline sama sekali tidak ingin menoleh. Ia ingin sekali menghilang dari hadapan lelaki ini. Hingga suara Harry berhasil membuatnya menoleh. "Sialan!" Umpatnya dalam hati. "Car, kenalin, dia Dev temen kelas gue. Dia anak baru sihh, tapi asik kok." Ujar Harry mengenalkan temannya. Mereka terlihat sangat kikuk hingga akhirnya Caroline mengulurkan tangannya.

"caroline"

"Dev"

Mereka hanya mengenalkan nama tanpa saling tatap. Caroline dengan wajah datarnya, dan Dev dengan wajah bingungnya sambil menggaruk tengkuknya. Harry yang sadar akan situasi canggung tersebut berkata "Kalian udah saling kenal kan? Gue liat kalian follow-followan ig tuhh" Tanya Harry pada mereka berdua. Oke pertanyaan itu adalah pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari mulutnya. Bukannya membaik, situasi senakin kacau. Hingga akhirnya Caroline mengeluarkan suara. "Ehmm... Kamu mau pesen apa Har? Kasian tuh temen kamu nungguin dari tadi." Ujar Caroline mengalihkan pembicaraan. "Oh iyaa... Gue mau es kopi susu aja." Ujar Harry yang sekarang merasa kikuk. Dev cepat-cepat menulisnya dan pamit untuk kembali. Caroline pun menghembuskan napas lega.

"Gue ke toilet dulu yah." Ujar Harry tanpa melihat wajah Caroline dan langsung beranjak pergi dari bangkunya. "Oke" Cicit Caroline yang kesal sekaligus takut akan sikap Harry.

"Apa dia udah tau siapa gue sebenernya?"

Caroline pun ikut pergi meninggalkan tempat duduknya.

***

Harry yang sudah kembali dari toilet tidak menemukan Caroline di bangku mereka. Pesanan pun belum di antar. Harry yang merasa heran pun pergi menuju toilet lagi. Ketika ia sudah sampai ke toilet, ia merasa bingung. "Astagaa... Kenapa gue bego banget sihh anjirr!" Umpatnya untuk dirinya sendiri. Tetapi ketika Harry ingin kembali ke tempat duduknya, ia mendengar suara dari arah belakang toilet. "Lo bego banget sih, kalo kita ketauan gimana? Gue belom dapetin dia. Lo gak becus amat setiap gue kasih kerjaan. Kenapa lo gak bilang kalo ternyata lo kerja disini? Ahh pusing gue punya Ade bego kea lo!" Harry mendengar jelas umpatan-umpatan itu. Dan ia yakin bahwa suara tersebut milik Caroline.

"Tapi gue udah bilang ke kakak kalo gue kerja disini." Cicit lelaki yang diam saat di marahi oleh kakaknya itu. "Kapan? Alah, gue ga peduli yang penting lo gak boleh anterin pesenan gue karena gue belom siap identitas gue kebongkar. KARENA KEBODOHAN LO!" Ujar wanita yang sedari tadi mengomel dengan penuh penekanan.

Harry sedari tadi sudah mendengarkan percakapan antara dua orang tersebut. Ya, Caroline dan Dev. Ia juga merekam percakapan tersebut menggunakan ponselnya. Ia kini mengerti kenapa, apa dan siapa Dev Rebbeck dan Caroline Rebbeca yang tiba-tiba datang ke kehidupannya.

"Gue gak bodoh Caroline." Ujarnya lalu menaruh ponselnya kedalam saku celananya dan pergi dari tempat ia memata-matai wanita sialan tersebut. Dan—Ehm... Adiknya.

Tbc 🙃

Heihooo... Gimana??? Udah pada ngerti kan permasalahannya apa?? Tenang, ini baru awal dari kisah sebenarnya. Makanya, stay tune yahh di PLS. Aku minta maap jarang up. Mood-ku sering ambyar:(

Jan lupa voment

See u next part ❤️

PSYCHO LOVE STORY✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang