"Kamu bukan Tuhan
Yang tahu nasib manusia.
Jangan terlalu kecewa, tangis
hanya untuk melegakan.
Kehilangan adalah pelajaran."----
"Tenang... Gue gak bakal bunuh lo
se—" Ujar Amira terpotong oleh suara panggilan dari teleponnya.Tringg....
"Halo, ini dengan kepolisian apakah anda keluarga dari saudari Almira Anastasia? Anda bisa ke rumah sakit untuk melihat keadaan saudari Almira Anastasia. Terimakasih." Ujar seseorang di seberang telepon. Amira yang berniat memberi sedikit pelajaran kepada Caroline pun gagal. Ia panik sekaligus kesal. Pasalnya adiknya itu baru saja keluar dari rumah sakit. Dan ia kesal karena mengganggu waktunya untuk menghajar seseorang.
"Aahh.... Sialan! Gue bunuh lo besok!" Ujar Caroline sarkas.
Sesampainya di rumah sakit, Amira merasa tercekat. Ia kesulitan berkata-kata bahkan bernapas pun sulit. Di depannya kini, adiknya-Almira Anastasia sudah terbaring kaku di dalam kamar mayat dengan luka di perut yang menganga lebar.
Almira Anastasia telah kembali ke pangkuan Tuhan. Ia kehabisan darah. Luka jahitan di perutnya kembali terbuka. Karena pendarahan hebat dari lukanya tersebut, dan penanganan Almira pun terlambat. Sehingga Almira tidak berhasil di selamatkan.
Amira menggertakkan giginya dan mengepalkan tinjunya. Ia sudah tidak tahan untuk meninju seseorang. Wajahnya pun kini memerah. Hingga Dev yang baru datang pun khawatir. Ia yakin, Amira akan membunuh kakaknya cepat atau lambat. Amira menghiraukan semua orang yang baru datang. Beberapa temannya dan—Dev.
Amira berjalan berdentum-dentum. Langkahnya sengaja di perbesar dan tangannya mengepal. Ia langsung melajukan motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Beruntung jalanan tak terlalu ramai. Ia menyalip beberapa kendaraan dan berkendara seperti orang kesetanan.
***
Brakk....
"Sialan lo! Mati sekarang lo!" Tiba-tiba suara dobrakan pintu dan umpatan terdengar dari ujung pintu yang rusak. Caroline sudah membentengi dirinya agar tidak gentar melihat amarah Amira yang seperti setan. Ia hanya mendecih dan tersenyum—lebih tepatnya menyeringai sarkas.
Buaghh...
Satu tinjuan di rahang yang sangat keras berhasil membuat bibir Caroline mengeluarkan darah. Caroline masih menyeringai. Hal itu membuat amarah Amira semakin menggebu-gebu.
Bugh... Bugh... Bugh... Brakk...
Amira berhasil meninju Caroline berkali-kali. Baik di wajah maupun perutnya. Hingga akhirnya kursi yang di gunakan untuk mengikat Caroline pun terjatuh bersama seseorang yang diikat di kursi tersebut. Wajah Caroline saat ini sudah cukup hancur. Hingga akhirnya ia terbatuk dan memuntahkan darah. Amira pun membuka tali pengikat tubuh Caroline. "Ayo lawan gue, bisa gak lo?" Tantang Amira kepada Caroline sembari melayangkan satu pukulan ke arah perutnya.
Buagh...
Pukulan itu sangat kencang, sehingga Caroline pun kembali memuntahkan darah. "Berani banget lo ngebunuh orang-orang yang gue sayang! Lo mau main-main sama gue? Cihh... Gak sepadan." Decih Amira kepada Caroline. Astaga... Gadis itu, apakah ia tidak tahu bahwa ia sedang bermain-main dengan maut? Caroline justru tersenyum manis. Itu senyuman. Tetapi senyuman yang terlihat menghina. "Gue, masih hidup. Gue yang bakal bunuh lo." Sarkas Caroline yang wajahnya sudah hancur.
Ceklek...
Caroline menodongkan pistol kepada Amira. Dengan seringaian buasnya. Amira pun tersentak ketika tahu bahwa Caroline membawa sebuah pistol rakitan. Sepersekian detik kemudian, Amira mendecih dan tertawa. "Hahaha... Lo beneran nantangin. Cihh..." Amira mendecih melayangkan tatapan sarkas kepada Caroline.
Ceklek...
"Emang gue gak punya??" Tanya Amira yang sepertinya tidak harus di jawab. "Gue yang mati, atau lo yang mati." Caroline masih menyeringai. Hingga sepersekian detik kemudian,
Dorr...
Sebuah peluru berhasil menembus bahu Caroline. Terlihat pistol yang di pegang Amira mengepulkan uap. Dengan sisa-sisa tenaganya, Caroline mengambil pistol yang berada di depannya.
Amira lengah.
Dorr... Dorr...
Satu peluru menembus kepala Amira, Satu peluru lainnya berhasil menembus jantung Amira.
"K—kaa...." Teriak Dev dari seberang sana. Ia mendengar suara tembakan tadi. Benar saja, darah segar kini mengalir dari dua orang yang tergeletak di dalam gudang bawah tanah tersebut. Dev datang dengan David-papa Amira.
"Ka..."
"Am..."
Panggilnya sembari menoleh ke orang-orang yang ia panggil. Tentu saja tidak akan ada jawaban.
"Padahal Harry udah sadar..."
Cicitnya pelan.Tbc 😖
Uwuu... Pada bingung yahh, ko tbc? Masi ada satu part lagi nehh...
Epilog:)
Jan lupa Voment😬
See u next part🙄
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO LOVE STORY✔️ [END]
Action[Follow akun author sebelum baca] Almira Anastasia dan Amira Anastasia mereka adalah anak kembar identik. Keduanya sama-sama menarik, dan yang pasti cantik. Dibalik semua kesempurnaan yang mereka punya, siapa sangka kalau salah satu diantara mereka...