Disaat matanya menyapu meja-meja mencari keberadaan sate. Namun yang didapat bukan sate, melainkan Azzam tengah berbicara dengan dua orang wanita berbeda usia.
Reva mendekat menghampiri Azzam yang membelakangi. Walaupun dari belakang, Reva bisa dengan mudah mengenali itu suaminya.
"Kan dulu ibu udah pernah bilang, mending nikah sama Elda aja" Sayup sayup Reva mendengar perkataan itu.
"A?" Reva memegang pundak belakang Azzam. Seketiga Azzam dan kedua wanita didepannya ikut menoleh.
"Ehh sayang" Jawab Azzam dengan nada cukup khawatir.
Melihat ada guru SMP nya, Reva dengan sopan menyalimi tangan bu Ina. Ina sedikit sinis menatap mantan muridnya itu.
Tak ketinggalan Reva juga bersalaman dengan Elda. Mau bagaimana pun Elda tetaplah teman sekolahnya dulu.
"Ibu sama Elda apa kabar?"
"Baik Rev. Lo apa kabar?"
"Alhamdulillah baik"
"Belum hamil Rev? Gue denger istri Riko udah hamil" Pertanyaan itu lagi.
"Doain aja semoga cepat dikasih. Iyaa istri Riko emang udah hamil" Jawabnya setenang mungkin.
"Terus kamu kapan? Perasaan kamu udah lama nikah. Kok nggak hamil-hamil" Sekarang giliran bu Ina yang bertanya.
"Kami nggak tau bu. Tunggu dikasih sama Allah saja" Bukan Reva yang menjawab, melainkan Azzam.
"Nggak nunda hamil kan?"
"Ohh nggak bu"
"Jangan-jangan kamu mandul yah? Hati-hati nanti suami kamu nikah lagi, terus ninggalin kamu dengan wanita lain" Ucap bu Ina seraya melirik anaknya.
Deg.
Kata-kata itu lagi. Tak taukah mereka perkataan itu begitu mengiris hati Reva. Ia hanya diam tak mampu berkata lagi. Sekuat tenaga menahan supaya airmatanya tidak menetes."Ibu jangan asal bicara" Gertak Azzam.
"Loh? Ibu nggak asal bicara. Sudah banyak pria yang tak memiliki anak akan nikah lagi. Dan kalau kamu mau nikah, Elda masih single loh zam" Perkataan bu Ina benar-benar menyulut emosi Azzam.
"Dan saya tak termasuk pria tersebut. Saya tidak akan pernah meninggalkan istri saya. Saya tulus mencintainya dengan ada atau tanpa anak sekalipun. Apalagi menduakannya dengan wanita seperti itu" Tunjuk Azzam kearah Elda.
Azzam langsung pergi menarik Reva setelah mengatakan itu. Tak habis pikir mengapa bisa sesama wanita mengatakan itu pada wanita lain. Persetan dengan sopan santun. Azzam tak akan peduli jika itu menyangkut Reva.
"Sayang mau makan apa? maaf yah aku lama tadi ngambil makannya. Soalnya ada kerabat juga hadir, makanya yang lain aku suruh duluan" Jelas Azzam menatap nanar pada istrinya.
"Aku nggak mau makan" Jawabnya pelan.
"Kenapa nggak mau? Nanti sakit. Katanya tadi pusingkan?" Azzam berkata dengan sangat lembut.
"Aku udah nggak papa"
Azzam menghela nafas. " Sayang, kalau kamu berpikir aku akan seperti pria yang dikatakan ibu Ina tadi. Itu salah besar, aku nggak akan pernah ninggalin kamu. Kamu percaya sama aku" Azzam memegang kedua pundak Reva lalu menatap matanya berusaha meyakinkan.
Reva mengangguk. Namun tak berani menatap Azzam.
"Kita makan oke? Aku ambilin"
Reva mengangguk kembali. Rasanya kalau dirinya berbicara, airmata akan segera mengalir. Ia tak mau merusak hari bahagia Ilham dan Nisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Diam (Sudah Tamat)
RomanceDisaat cinta dalam diamnya hampir terbalaskan. Namun, suatu kejadian membuatnya terpaksa menjauh. Memaksanya melupakan semua yang telah terjadi. Hancur. Satu kata itu dapat diibaratkan untuk keadaan hati seorang perempuan. "Mengapa takdir memperma...