4. Secret Room

854 90 0
                                    


Yang bertanya-tanya tentang book ini harap baca author note di bawah, terima kasih



Dahyun masih memikirkannya. Meskipun sudah beberapa kali di tepis, hal itu tetap mengganggu pikirannya.

Menghela napas pelan. Kepalanya tiba-tiba berdenyut. Hanya beberapa detik, denyutannya hilang. Ia beranjak keluar dari kamar, kembali menghela napas.

Astaga! Kenapa rasanya berat sekali. Ucapan Jimin kemarin benar-benar mengganggu pikirannya. Pria itu benar-benar merencanakan semuanya yang sukses membuat Dahyun bungkam, tidak tahu harus melakukan apa selain menurut.

Flashback on

"Kita memang tidak tahu apa yang mereka rencanakan, tapi kita harus melakukan sesuatu agar kita tidak terancam. Membawamu dalam masalah ini adalah tanggung jawabku karena telah melibatkanmu. Lagipula, kabur tidak akan menyelesaikan masalah."

"Hei, ini namanya kabur dari negara sendiri."

"Aku tahu, tapi ini jalan satu-satunya, entah apa yang ada di negara ini, karena seseorang menyuruhku datang ke sini dan malangnya aku malah membawamu."

"Baiklah, baiklah, jadi apa rencananya?" Dahyun tampak kesal karena pria ini membuang-buang waktunya.

"Kita harus melawan mereka apapun yang terjadi. Apapun."

"Meskipun mereka membawa senjata tajam!"

"Itu memang bakal terjadi. Tapi, hei kau akan aman asal kau mau mengikuti semuanya. Aku janji. Dan aku sudah merencanakan ini semuanya dengan syarat kau harus menurutinya, karena apapun itu kita harus bekerja sama. Kau mengerti?"

"Tapi aku tidak bisa berkelahi." Dahyun berucap dengan lesu.

"Kau punya ahlinya disini. Aku yang akan mengajarkanmu, tenang saja." Jimin  menyakinkan Dahyun. Karena ini jalan satu-satunya.

"Baiklah, karena apapun itu aku ingin bebas dari ini semua."

"Aku janji." Jimin mengangguk mantap.

Flashback off


Masih membayangkannya. Ia rindu ibunya, rumah, teman-teman, bahkan semuanya. Ia membayangkan masa-masa indahnya sebelum bertemu dengan Jimin. Karena bagaimanpun Dahyun mulai memahami situasi yang terjadi. Ia sudah tidak bisa menolak takdir yang menghadangnya selain menerima dengan lapang dada.

Menghela napas. Ia menuju dapur, menegak segelas air karena tenggorokannya tiba-tiba kering. Menatap sekitar. Damai, itulah yang ia rasakan. Ia memang tidak menyangka, yang ia ketahui rumah ini kecil dari depan ternyata menyimpan banyak fasilitas yang memadai. Dan satu lagi, nyaman. Berangsur ia memang mulai betah di sini.

Tersadar, Dahyun mengedarkan pandangan. Memang damai, tapi kemana pria itu? Biasanya akan berteriak dan duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Sesekali tampak berbicara dengan seseorang yang sudah ia ketahui adalah Daniel. Memang Daniel kerap datang untuk membeli bahan makanan. Dan ia juga tidak tahu apa pekerjaan Daniel.

"Aneh, kemana dia? Tidak biasanya."

Dahyun berkeliling. Mulai dari luar rumah, kemudian masuk, mengecek satu persatu ruangan yang ada tapi hasilnya nihil, ia tidak menemukan Jimin di manapun. Apa ia pergi keluar dan tidak memberitahuku? Batinnya.

"Ck! Seharusnya aku tidak percaya begitu saja. Lihat berapa kali ia membohongiku."

Dahyun memilih tidak peduli. Mengambil buku yang ada di rak. Rak ini memang di desain untuk rumah. Itu sebabnya Dahyun menjadi nyaman. Tapi, ada yang aneh. Kala dirinya mengambil buku, tiba-tiba rak tersebut bergerak. Di baliknya ada sebuah ruangan yang tidak ia ketahui.

Fall In Love [Dahmin Version]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang