16. We Kiss On The First Time

825 77 0
                                    


*Budayakan vote sebelum membaca*

-

-

-

Happy Reading~~

Jimin benar-benar berharap Dahyun segera membuka matanya. Sudah satu minggu ini, Dahyun tak kunjung membuka mata. Jimin benar-benar khawatir.

"Hey, sampai kapan kau akan terus menutup matamu? Sadarlah, banyak orang yang menunggumu untuk bangun."

Sudah sepuluh kali sejak kedatangan Jimin kemari, belum ada tanda-tanda akan sadarnya Dahyun, bahkan ucapannya terasa hampa. Dan itulah yang Jimin alami selama hari-hari sebelumnya. Rumah terasa kosong, biasanya ada perdebatan kecil antara dirinya dan Dahyun. Kini tidak ada lagi keributan yang memekakkan telinga, suara cempreng milik gadis itu, senyumannya, tawa bahkan tangisnya, semua itu terasa lenyap kendati gadis itu tengah berbaring di atas bangkar yang belum juga menunjukkan tanda-tanda akan sadar.

Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan Soora yang datang guna menjenguk putrinya.

"Dia belum bangun?" Jimin menggeleng. Soora tampak tersenyum kecut. Putri satu-satunya hampir tewas karena tertembak dari orang-orang yang selama ini mengejar mereka. Dan sampai saat ini belum juga sadar dari operasi yang ia jalani.

"Jim!"

"Iya, Nyonya?"

"Kau jaga Dahyun, jika ia sudah sadar kau tahu siapa yang harus kau hubungi. Aku akan menangkap orang yang telah membuat putriku seperti ini."

"Baik Nyonya. Maaf, aku cuti kali ini."

"Tidak apa-apa, karena kau bertanggung jawab sepenuhnya kepada Dahyun. Aku pergi, jika ada apa-apa, cepat hubungi aku."

Jimin mengangguk. Setelah Soora pergi, Jimin kembali menatap lekat Dahyun. Gadis itu benar-benar kuat. Menggenggam tangannya yang seputih salju.

"Bangunlah, banyak orang yang menunggumu."

Sungguh, sebenarnya Jimin tidak sanggup menghadapi semua ini. Gadis ini tidak bersalah lalu kenapa harus dia yang mengalami ini? Jikalau Jimin bisa, ia ingin mengambil posisi Dahyun, berbaring di atas ranjang dan kalaupun ia pergi untuk selama, ia tidak akan pernah mempermasalahkannya. Asal jangan gadis lemah ini.

Entah sejak kapan perasaan ini timbul, Jimin tidak pernah menyadarinya. Ia sudah benar-benar jatuh pada diri Dahyun. Gadis ini benar-benar memikatnya, yang awalnya ia memang tidak menyukai Dahyun yang bukan tipe ideal-nya kini menyadari.

"Cepatlah bangun, aku menyayangimu."

Lantas mengecup tangan seputih salju tersebut lalu menuju keningnya. Lama sembari Jimin berdoa dalam hati jika Dahyun akan benar-benar bangun.

*

*

*

Sebelumnya...

Jimin benar-benar bersyukur bahwa ia tidak terlambat membawa Dahyun kerumah sakit. Meskipun gadis itu sudah banyak mengeluarkan darah, Jimin benar-benar takjub Dahyun bisa menahan semua rasa sakitnya. Bahkan, Jimin tampak berkali-kali menyalahkan dirinya karena tidak bisa menjaga Dahyun dengan benar sampai akhirnya gadis itu yang mendapatkan luka tembakan. Jimin benar-benar tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Fall In Love [Dahmin Version]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang