Dahyun bangun lebih awal kali ini. Berjalan menuju belakang rumah. Menatap sekeliling sembari menghela napas. Entah apa yang membuatnya seperti ini. Seperti ada sesuatu yang mendorong kuat dirinya untuk melakukan sesuatu tindakan.
Kembali menghela napas dan memukul samsak dengan seluruh kekuatannya. Sungguh, kalau pun ditanya ia lelah, benar-benar lelah dengan apa yang ia lakoni saat ini. Dirinya tampak berputar di satu titik saja, tidak bergerak kemana pun.
Setelah satu jam melakukan apapun yang ia bisa, keringat sudah membanjiri tubuhnya. Napasnya terengah-engah, sampai sebuah suara mengejutkannya.
"Lumayan."
Dahyun hanya berdecak. Tidak mempedulikan ada orang lain selain dirinya di sini. Ia kembali melanjutkan apa yang ia lakukan tadi.
"Berhenti dan istiahatlah, kau sudah satu jam melakukannya."
"Apa pedulimu?"
"Kau harus berhenti sekarang juga." Jimin mencekal tangan Dahyun agar gadis itu berhenti dari kegiatannya.
Apakah gadis ini tidak melihat jika keringat sudah membanjiri tubuhnya? Kenapa tidak mau berhenti saja jika sudah lelah dan kenapa malah di teruskan?
"Apa pedulimu?"
"Aku peduli, kau melakukan ini karena sesuatu kan?"
"Jika kau tahu, kenapa kita hanya stuck di sini saja, kapan berjalannya."
"Sabarnya sebentar, kita harus memikirkan rencana yang matang."
"Bullshit! Aku sudah sering mendengarnya. Kapan Jimin? Kapan hah?"
Dahyun melorotkan tubuhnya. Sungguh, ia ingin bebas dari ikatan yang menjebaknya ini. Tanpa ia sadari, air matanya meleleh, membasahi pipinya.
"Aku lelah Jim, aku lelah." Isaknya.
Jimin yang melihat itu ikut tak kuasa, gadis itu benar-benar terpuruk karena ulahnya. Masalahnya.
"Dahyun, kau harus dengar.."
"Apa yang harus aku dengar Park, apa?"
"Dahyun, kumohon jangan seperti ini, kita bisa atasi ini."
"Aku lelah, kita sudah bertahan di sini selama satu bulan, kapan kita bergerak?"
Memang untuk saat ini belum ada perkembangan apapun tentang pengejaran itu. Jimin juga merasa aneh dengan ini semua. Tanpa berpikir, ia menarik lengan Dahyun agar gadis itu berdiri. Masih dengan lelehan air mata.
"Dahyun dengar, mungkin mereka menunggu kita untuk punya mental yang kuat saat mereka datang menghadang kita. Kita tidak boleh lengah dan lemah. Dan kita harus mempunyai rencana yang matang. Jika sampai itu terjadi, kita bisa celaka. Maka dari itu, kita berlatih kali ini. Berlatih apapun yang bisa kita lakukan untuk menaklukkan mereka. Kau mengerti?"
"Kumohon jangan menangis, melihatmu seperti ini membuatku di limpungi kesalahan karena telah melibatkanmu. Kumohon mengerti lah?"
Perlahan isak tangis sudah tidak terdengar, Dahyun mengusap air matanya. Jimin benar. Kemungkinan besar mereka datang saat mental mereka sekuat baja, tidak lembek seperti saat ini.
"Tapi, kita sudah pernah melakukannya, kan?" Dahyun bertanya dengan heran.
"Itu masih dasar, kita latihan semuanya."
"Latihan apa?"
[Latihan mencintai kamu apa adanya]
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love [Dahmin Version]✔️
Fanfiction⚠️⛔ Mature Content, Romance, Family⛔⚠️ Jimin terjebak dalam dunia yang tak pernah ia ketahui. Di kejar layaknya buronan hingga ia dipertemukan dengan gadis yang mengatakan bahwa ia adalah si biang sial karena telah menggagalkan pertemuannya dengan s...