14. In The Morning

435 54 1
                                    



Jimin merasakan penat yang begitu menguras tenaganya. Yap, sudah satu bulan ini dirinya bekerja di agen Intel. Kembali menguasai pekerjaannya terdahulu, dan ia sedikit bersyukur bahwa Dahyun sudah tidak merepotkan dirinya walau terkadang gadis itu sesekali merengek tapi Jimin tidak bisa menurutinya.

"Sampai kapan kau akan seperti itu, huh?"

Dahyun diam, tapi tangannya terus bergerak mengaduk susu yang sedang ia buat. Di saat seperti ini, ia malah lapar. Sebenarnya bukan apa. Hanya saja Dahyun sering aneh dengan dirinya sendiri. Entahlah, ia tidak ingin memusingkannya.

"Dahyun aku bertanya kepadamu!" Seruan Jimin itu mengagetkan Dahyun yang berusaha membuang jauh pikirannya. Bahkan dengan mudah pria itu membalik tubuhnya sekali sentakan. Matanya sukses membulat sempurna. Lalu menunduk guna menghindari kontak mata dengan Jimin.

"Kim Dahyun!"

"Kau pergilah bekerja, nanti kau terlambat. Aku tidak apa-apa, mungkin aku seperti ini karena akan mendapat periode-ku, ini sering terjadi." Tenangnya.

Jimin masih mengerutkan keningnya, kurang yakin dengan jawaban Dahyun barusan, tapi melihat betapa yakinnya gadis itu, Jimin hanya bisa menghela napas dan memilih mengangguk guna menyetujui ucapan Dahyun. Itu mungkin saja. Tapi, diam-diam ia masih khawatir dengan gadis ini.

"Baiklah." Lesu Jimin, entah karena apa. "Tapi, kau tahu tempat mengadu, bukan?" Lanjutnya setelah jeda beberapa saat. Dan Dahyun mengangguk mengiyakan.

Entah apa yang Jimin pikirkan saat ini, dirinya malah mendekati Dahyun lalu mengecup keningnya, layaknya seorang suami yang pamit kepada istrinya. Tentu saja Dahyun terkejut luar biasa dengan tindakan Jimin barusan. Rasa-rasanya jantungnya siap melompat karena ulah Jimin ini.

Jimin menjauhkan tubuhnya, Dahyun masih dalam mode terkejutnya. Lalu pria itu mengusak rambut Dahyun yang sontak membuat gadis itu langsung muram.

"Ya! Kau menghancurkannya." Jimin tersenyum melihatnya, berhasil membuat gadis itu kembali seperti sedia kala.

"Aku pergi, jika ada apa-apa kau bisa menelepon."

"Aku tahu, pergilah."

Dahyun mengangguk kala Jimin kembali menoleh kepadanya saat pria itu sudah sampai di ambang pintu, menyakinkan bahwa ia akan menelepon jika terjadi sesuatu. Pria itu mengangkat tangan membentuk telepon dari tangannya yang membuat Dahyun jengah dan kembali mengangguk. Setelah itu, Jimin baru benar-benar pergi dari sana, meninggalkan Dahyun yang dilimpungi perasaan aneh. Ada apa ini? Ia sungguh tidak mengerti.

*

*

*

*

*

*

Jimin langsung menghempaskan tubuhnya kala dirinya tiba di ruangannya. Menghembuskan napas dengan kasar. Memijat pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut.

"Kau baru sampai?"

Jimin mengangguk di kursi kebesarannya, membiarkan Taehyung masuk ke dalam ruangannya lalu duduk dihadapannya. Memperhatikan raut wajah rekannya.

"Kau kenapa?" Pertanyaan Taehyung dijawab gelengan oleh Jimin. Pria itu tampak ada masalah. Tapi, Taehyung tidak ingin bertanya lebih jauh.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, aku hanya merasa aneh."

Inilah yang Taehyung maksud, tidak bertanya karena pria itu akan menceritakannya sendiri. Jimin itu memang mudah ditebak tapi terkadang juga sulit. Pria itu pandai sekali menyembunyikan sesuatu, tapi ini Taehyung. Apapun itu Jimin pasti akan bercerita kepadanya.

Fall In Love [Dahmin Version]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang