11. Her Mother

463 69 1
                                    





Happy Reading~~~~~~


Tidak henti-hentinya Dahyun merutuki dirinya. Bisa-bisanya ia mengucapkan kalimat itu dengan gamblangnya. Oh, rasanya ingin mati saja.

Tanpa sadar ia menggigiti kuku jarinya sangking bingungnya ia saat ini. Pandangannya terus tertuju pada pintu--lebih tepatnya orang yang tengah berdiri di balik pintu.

"Ya! Kim Dahyun, apa kau akan mengurung dirimu di dalam sana, cepat buka atau aku akan mendobraknya!" Sarkas Jimin dari luar kamar.

Dahyun semakin menggigit kukunya, ia resah luar biasa. Bagaimana bisa ini terjadi lagi? Dahyun benar-benar ingin mati saat ini.

"Dahyun, cepat. Kau bilang ingin pergi hari ini."

"Tidak, kau saja duluan."

"Kau gila! Heh, siapa yang tadi mengajakku, Hoh? Kau." Hardiknya.

Dahyun masih diam ditempatnya. Kejadian beberapa saat yang lalu masih berputar di otaknya, bisa-bisanya ia kembali mengatakannya.

"Kau bodoh Dahyun, kau bodoh." Rutuknya.

Ya, jika kalian berpikir sama denganku, jawabannya adalah iya. Dahyun kembali mengatakan itu karena pikirannya yang tiba-tiba kalut dengan kejadian kemarin. Demi apapun, Dahyun tidak berniat mengatakan itu lagi pagi ini. Tapi, kenapa?

Dan tidak mungkinkan ia cemburu? Ya itu tidak mungkin. Ha...Memikirkan saja sudah se-frustrasi ini.

"Dahyun! Buka atau aku dobrak."

Pada akhirnya, Dahyun membuka pintu kamarnya sebelum Jimin benar-benar mendobraknya. Tapi, ia tidak yakin bahwa Jimin akan mendobrak pintu itu. Menghembuskan napas lega kala orang yang membuatnya seperti ini keluar.

"Ah, akhirnya. Tenggorokanku sampai sakit berteriak pagi-pagi."

"Untuk apa kau berteriak?" Tanyanya lugu.

"Oh Tuhan. Ya! Yang membuatku berteriak seperti ini adalah kau." Hardiknya sambil melototkan matanya.

Sedangkan Dahyun malah terkekeh, lucu dengan raut wajah Jimin yang melotot malah jatuhnya aneh karena sipit.

"Jangan memasang wajah seperti itu, kau terlihat aneh. Tidak cocok dengan matamu yang sipit."

"Heh? Kau sendiri juga bercermin sana, kau juga sipit, bodoh."

"Mwo? Kau memanggilku apa?"

"Bodoh."

"Ya! Kau.."

"Apa? Apa?"

Dahyun hanya mampu mengepalkan tangannya tanpa ada niat untuk membalas. Lantas menghentak-hentakkan kakinya pergi dari hadapan Jimin. Menjatuhkan tubuhnya di sofa sembari mencebik kesal.

"Seharusnya aku yang kesal, bukan kau."

"Terserah."

"Huh, jika kau bukan gadis sudah kupukul kau."

"Kenapa tidak sekarang saja, huh?"

Memilih menghela napas lantas merogoh saku celananya karena ponselnya berdering. Nama Daniel tertera di layar plasma tersebut. Lantas menggeser tombol hijau dan mendekatkan ke telinga.

"Eoh? Ada apa?"

".........."

"Begitu, baiklah, semoga pekerjaanmu menyenangkan."

Fall In Love [Dahmin Version]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang