17. The Gengster

498 59 1
                                    


*Budayakan vote sebelum membaca*


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Happy Reading~~~

Dahyun tidak bisa menyembunyikan senyumannya tahkala tahu bahwa ia sudah dibolehkan untuk pulang. Seminggu di rumah sakit ia benar-benar bosan. Tidak ada yang bisa ia kerjakan selain tidur dan makan. Membosankan, bukan?

Selama mengemasi barang-barangnya, Soora tidak henti-hentinya berceloteh. Aneh saja, karena tidak biasanya Soora bersikap seperti ini. Well, mungkin ia takut putri kesayangannya celaka lagi. Baginya cukup ini saja, jangan lagi.

"Kalian benar tidak ingin pindah? Kurasa tempatnya masih banyak."

"Tidak Ibu, kami sudah sepakat untuk tidak pindah." Tutur Dahyun. Soora tampak menghela napas. Di tatapnya Jimin, agar pria itu mau menuruti kemauannya. Ya, Soora memang menyuruh mereka untuk pindah di tempat kebanyakan agen tinggal, karena itu merupakan jaminan mereka selama bekerja di agent intel. 

Walau sebenarnya, rumah yang mereka tempati selama ini adalah juga di bawah pengawasan polisi, tapi Soora tetap tidak ingin kejadian seperti ini terulang lagi.

Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum tipis, lalu menatap dua orang wanita berbeda umur tersebut bergantian. "Aku terserah jika Nyonya memang menyuruh kami untuk pindah." Jimin memang tidak ingin memprioritaskan siapapun, hak orang untuk memilih itu ada bukan? Jimin merupakan satu-satunya orang yang berpikir demikian. 

Dan Dahyun dibuat melotot dengan jawaban Jimin barusan, menggepak lengan Jimin dengan kencang. "Hey, bukan'kah kita sudah sepakat tadi?" Galaknya.

Jimin menghendikkan bahunya lantas tersenyum sembari mengusak surai Dahyun. Sedangkan Dahyun hanya pasrah saja. Dan pemandangan tersebut tidak lepas dari mata Soora yang berada di antara mereka. Tersenyum tipis yang tidak disadari oleh siapapun.


***


Berbeda di tempat lain. Ada sekelompok orang yang tengah berbincang cukup serius, sampai seseorang dari mereka menepuk pundak teman se-rekannya.

"Kau dipanggil ketua." Tukasnya lalu pergi dari ruangan. Sedangkan orang yang diberitahu tersebut langsung berjalan menuju tempat dimana ketua mereka berada. Berdehem kala dirinya sudah sampai di ruangan sang ketua yang mana ketua mereka duduk membelakanginya.

"Bos!"

"Oh, kau sudah datang? Bagaimana, kau sudah berhasil?" Ia mengangguk, tapi seketika raut wajahnya berubah. "Tapi, Bos..."

"Kau gagal!" Gertaknya sambil memutar kursi dan menatap anak buahnya tajam, membuat siapapun yang melihatnya langsung bernyali ciut. Sedangkan orang yang ditatap hanya menampilkan wajah biasanya, sudah terlampau hafal dengan ketua mereka. Karena ia adalah tangan kanan sang ketua.

Fall In Love [Dahmin Version]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang