3. The Planning

699 100 2
                                    




Dahyun membuka matanya perlahan, mencoba menerima cahaya yang masuk ke dalam matanya. Berhasil. Ia menatap sekeliling dan ah ia baru ingat kalau saat ini ia berada di sebuah negara yang masih membuat dirinya bingung. Mendudukkan dirinya kemudian beranjak. Menyibak korden agar cahaya lebih luas masuk ke dalam kamar yang ia tempati.

"Indahnya."

Siapa sangka, pemandangan yang tersuguh membuat matanya membulat berbinar. Ia sontak menoleh ketika mendengar suara pintu berderit.

"Kau sudah bangun, kita harus bersiap."

Dahyun memutar bola matanya, sedikit lupa bahwa ia tidak sendirian di negara ini. Ya, pria yang sudah melibatkan dirinya.

"Aku akan bersiap. Pergilah."

Jimin hanya mengangkat bahunya acuh kemudian kembali menutup pintu kamar Dahyun. Ia tengah membuat sarapan untuk mereka. Well, tidak sulit karena ia sering melakukannya. Walau ia sudah lama tinggal sendiri karena orang tuanya sudah pergi jauh ke alam sana.

Ck! Sudah kubilang jangan mengingatkan Jimin dengan masa lalu. Itu akan berdampak buruk. Tak lama kemudian, Dahyun keluar dan berjalan menuju dapur. Sial memang. 

"Cepat makan dan kita akan pergi."

"Kemana?"

"Ikuti saja kataku."

"Ck! Baiklah."

Dahyun segera memakan sarapannya. Sedikit kagum dengan keahlian Jimin.

"Enak?"

"Tidak buruk. Kau hebat juga."

Jimin hanya berlalu setelah Dahyun mengatakannya bahwa masakannya enak. Dipuji seseorang yang baru di kenal selain keluarga membuat Jimin menyunggingkan senyum tipis.

Dahyun sudah selesai memakai sepatunya. Dilihatnya Jimin yang berdiri di ambang pintu sambil memainkan ponselnya. Ah benar, kemarin Daniel yang memberikannya. Ia pun menghampiri Jimin.

"Ayo pergi."

Sebenarnya Dahyun masih bingung dengan semuanya. Sepanjang perjalanan Dahyun mengeluh lelah. Bahkan ia sudah berjongkok karena kakinya sudah pegal.

"Ck! Seharusnya kau berterima kasih kepadaku karena tidak membiarkanmu di tangkap, nona."

"Apa kau baru saja berdecak? Hei! Sudah kukatakan aku punya nama dan apa kau bilang, terima kasih. Hei, seharusnya kau sadar sedikit. Ck!"

"Ayo, sebelum kita tertangkap karena mereka pasti sudah mengincar."

"Aku lelah, kau saja."

"Ayo!"

Dengan tidak berperasaan, Jimin menarik tangan Dahyun sampai Dahyun terhentak berdiri dan sukses membuat Dahyun mengerang sakit karena pergelangan tangannya.

"Iya, tidak usah menarik juga, kau menyakitiku."

"Tidak usah dramatis, ayo."

Dahyun hanya mampu menghentakkan kakinya berjalan mengikuti pria ini dari belakang. Sesekali ia terpesona dengan indahnya kota ini. Sampai ia tidak menyadari kalau pria di hadapannya berhenti dan tanpa sengaja ia menabraknya dari belakang.

"Aww, hei! Perhatikan jalanmu."

"Kau menyalahkanku, seharusnya kau yang perhatikan jalan bukannya melamun."

Dahyun mengepalkan tangannya di udara. Kesal pada pria dihadapannya. Dengan kaki sengaja dihentakan, ia berjalan mendahului Jimin. Wajahnya sudah masam karena pria itu.

Fall In Love [Dahmin Version]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang