09. Keputusan 2

1.5K 113 3
                                    

...

"Lo serius kabur dari rumah?" pekik Noren terkejut dengan ucapan Dara ketika berkunjung ke rumahnya tanpa memberi tahu.

"Gue ngak pernah main-main sama omongan gue," tekan Dara sembari memainkan ponselnya.

"Terus rencananya lo mau kemana?" Noren menghela nafas kasar melihat Dara yang santai tanpa beban.

"Entahlah, gue juga bingung," sahut Dara.

"Gini aja, lo tinggal bareng keluarga gue. Bonyok gue pasti setuju, lagian gue kesepian kalau mereka ke luar kota melulu," usul Noren membayangkan kesibukan kedua orang tuanya yang terus keluar masuk berbagai kota karena sibuk dengan bisnis yang mereka jalani.

Dara berpikir sejenak. "Tapi rumah lo aman kan? Ngak akan ada yang tahu, termasuk kakak gue," tanya Dara was-was, sampai kapan pun ia tidak akan kembali ke rumah kecuali Ibunya lah yang memanggilnya pulang.

Noren menggangguk. "Ngak. Rumah gue ketat banget penjagaannya, gue yakin lo bakal sulit di temuin. Tahulah bokap gue gimana?"

"Iyain biar cepet," pungkas Dara memutar bola matanya malas. Dara akui keluarga Noren sangat berada, apalagi dengan pekerjaan Ayah Noren, yaitu CEO di perusahaan teknologi terbesar yang di dirikan oleh keluarga besar Noren.

"Masalah lo serius amat emang, sampai lo ngak betah?" pertanyaan Noren sontak membuat raut wajah Dara kembali sendu.

"Bagi gue itu masalah rumit, gue bahkan ngak berani denger kata-kata Ibu gue yang selalu memojokan gue. Gue bingung kenapa gue di benci banget sama Ibu gue sendiri, yang jelas-jelas ngelahirin gue, dan sorry gue ngak bisa terima ajakan lo tinggal di sini," tutur Dara.

"Terus lo mau tinggal di mana? Kolong jembatan?" sarkas Noren menatap jengah temannya yang sangat keras kepala.

"Kolong jembatan pala lo peang, ya enggak lah," sentak Dara mengelak pertanyaan konyol dari Noren.

"Ya terus."

"Lo lupa kalau gue punya rumah pribadi yang gue beli sendiri."

"Hasil pekerjaan berbahaya lo, kan?" ujar Noren memutar bola matanya malas.

"Berbahaya? Itu sama sekali ngak berbahaya bagi gue."

"Bagi lo, bagi orang lain pasti berbahaya apalagi lo cewek."

"HELLO EPRIBADEH, ACHA COMEBACK," suara Acha yang menggelegar memenuhi kamar bernuansa putih milik Noren.

"Curut bin kunyuk! Ngapain lo pake teriak-teriak," kesal Noren.

Acha tersenyum lebar melihat wajah kesal kedua temannya. "Habisnya ngak ada yang bales pas gue ucapin salam."

Rumah Noren memang ketat, tetapi penghuninya hanya Noren seorang. Mengapa demikian? Karena orang tua Noren sedang keluar kota mengurus bisnis, sedangkan asisten rumah tangga pasti sedang sibuk dengan pekerjaan.

"Alasan lo doang, bilang aja pengen ngagetin kan," tandas Dara.

"Yaelah gue berjanda doang kali," ucap Acha.

"Bercanda Markonah," kata Noren mengoreksi ucapan Acha.

"Nah itu maksud gue."

"Gini amat punya temen, ngak ada waras-warasnya," gumam Dara membuat Noren cekikikan sembari melirik Acha yang mengerutkan keningnya.

"Siapa Dar?" tanya Noren.

"Siapa lagi kalau bukan lo berdua," pungkas Dara.

"Lah kok gue," protes Noren tidak terima. Ia bahkan masih waras dari Acha yang memasang wajah sok lugu, tapi aslinya bangsat. Lihat saja sekarang, Acha sedang berjoget di depan kamera ponselnya mengikuti alunan lagu yang sedang trending.

GUNTUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang