Pagi menyambut dengan udara yang segar, cuaca sehabis hujan sangat sejuk.
Dengan pakaian yang tidak teratur, Dara segera mengambil tas sekolahnya dan langsung bergegas keluar dari kamarnya.
Lengkungan berwarna hitam sangat jelas terlihat di bawah kedua kelopak matanya.
Dara menghentikan langkahnya tepat di ruang tengah, memejamkan kedua matanya menarik napas dalam-dalam kemudian ia hembuskan. Rasa sesak di dadanya belum sepenuhnya menghilang. Ia harus menjadi Dara yang kuat bukan Dara yang lemah dengan kenyataan.
"Lo harus jadi Dara yang dulu lagi," gumam Dara kemudian kembali melangkah menuju pintu utama.
Ceklek.
Dara tertegun melihat seseorang di depan rumahnya. Tanpa mengatakan apa-apa, Dara berlalu begitu saja mendahului Guntur yang terdiam di depannya.
"Dar," panggil Guntur mencekal lengan Dara.
Dara menoleh. "Apa?" balasnya dingin.
Bukannya menjawab, Guntur malah mendekati Dara yang terdiam.
Dara sedikit terkejut ketika usapan tangan Guntur menyentuh pipinya.
"Kenapa seragam lo berantakan?" tanya Guntur sembari merapikan pakaian Dara yang terlihat kusut.
"Bukan urusan lo," kata Dara memalingkan wajahnya.
Guntur tersenyum tipis. "Terserah lo," tukas Guntur kemudian menarik tangan Dara agar mengikutinya menuju motornya terparkir.
"Gue bisa ke sekolah sendiri," ujar Dara.
"Mobil lo mana?" tanya Guntur membuat Dara merutuki dirinya yang lupa mengambil mobilnya di rumah mantan keluarganya.
"Kenapa diam huh? Buruan naik nanti telat," pungkas Guntur.
Dara mendengus kemudian segara naik ke jok belakang motor Guntur.
Dalam perjalanan keduanya hanya diam, Dara masih merenungi segala yang sudah terjadi sedangkan Guntur fokus menyetir sesekali melihat Dara dari kaca spionnya.
"Lo suka balapan kan?" tanya Guntur membuka percakapan.
Dara tak menyahut, ia sangat malas walaupun hanya sekedar menjawab.
Guntur menghela napas kemudian melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata membuat Dara yang belum siap pun langsung memeluknya dengan erat.
Senyum tipis terbit di bibir Guntur kala Dara memeluknya.
"Gue pengen ngerasain gimana seorang pembalap kalau di boncengin," ujar Guntur.
Dara memutar bola matanya malas. "Ngak penting," tukas Dara melepaskan pelukannya ketika Guntur memelankan laju motornya.
"Itu penting bagi gue."
Lagi-lagi Guntur membuat Dara kaget, untuk yang kedua kalinya Dara memeluk cowok itu hanya karena takut jika nanti ia terjatuh.
***
Dara berjalan mendahului Guntur yang baru saja turun dari motornya, raut wajahnya begitu datar, matanya hanya fokus menatap ke depan tanpa menghiraukan tatapan para warga sekolah yang melihatnya dengan berbagai tatapan ketika ia bersama Guntur.
"Dar." Guntur mencekal lengan Dara membuat empunya menghentikan langkahnya.
"Ikut gue," kata Guntur tanpa menunggu jawaban Dara.
"Lepasin!" sentak Dara mencoba melepaskan cekalan Guntur di tangannya.
"Lo kenapa berubah?" tanya Guntur ketika keduanya berada di taman sekolah yang sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR
Teen FictionCerita kehidupan sosok Guntur Dewantara. Sang ketua geng motor yang terkenal di seluruh jalanan. Thanos Geng akan bertindak ketika mereka di usik atau bahkan di tantang. Jangan berani dengan Thanos Geng jika masih menyayangi nyawa, karena Thanos Gen...