22. Dia Siapa?

1.3K 113 9
                                    

"Perubahan itu ada di setiap diri manusia," — Guntur Dewantara.

Happy Reading
___

Sang mentari dengan riang menampakkan sinarnya tanpa rasa bosan sedikitpun, di pagi yang cerah ini entah kenapa Dara sangat bersemangat untuk ke sekolah padahal setiap hari harus merasakan yang namanya kesepian. Entah kesepian karena tanpa keluarga atau kesepian karena belum menemukan tambatan hati.

Seragam putih abu-abu telah melekat di tubuh Dara, waktu menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit, namun yang sejak tadi ia tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Macet apa gimana sih, Guntur kok belum dateng? " Dara bermonolog seorang diri di teras rumahnya, kakinya tak pernah berhenti untuk mondar-mandir di depan pintu rumahnya.

Waktu terus berputar dan tanpa Dara sadari waktu kini menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit, yang artinya lima belas menit lagi gerbang akan di tutup.

Dara mendengus melihat arloji yang terpasang di pergelangan tangannya. "Tuh cowok lupa apa gimana sih? Awas aja kalau dia udah nyampe di sekolah."

Dengan kesal Dara melangkah memasuki rumahnya guna mengambil kunci mobilnya, waktunya terkuras hanya karena menunggu sosok Guntur yang belum juga menampakkan dirinya.

Mobil putih mengkilap milik Dara melaju keluar pekarangan rumah, Dara mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, waktunya hanya tersisa sepuluh menit untuk sampai di sekolah tanpa mendapatkan hukuman dari guru Bp.

Namun harapan Dara pupus ketika dari kejauhan gerbang sudah tertutup rapat-rapat.

"Sial," umpat Dara sembari memukul stang kemudi.

"Pak bukain dong gerbangnya," pinta Dara ketika mobilnya berhenti di depan gerbang sekolah.

"Tunggu sebentar neng," kata pak penjaga gerbang kemudian berjalan guna membukakan gerbang untuk Dara.

"Tumben, biasanya nunggu Bu Susan dulu?" tanya Dara dengan kerutan di keningnya, biasanya kalau ia terlambat Bu Susan tidak akan melepaskannya begitu saja, tapi kali ini berbeda.

"Neng Dara beruntung kali ini karena guru-guru sedang rapat jadi Bu Susan tidak menghukum murid terlambat hari ini," balas penjaga gerbang itu.

"Yaudah makasih pak saya masuk dulu," kata Dara sopan sebelum kembali melajukan mobilnya memasuki parkiran sekolah.

Lorong-lorong koridor yang selalu sepi saat jam pertama kini sangat ramai di penuhi oleh Siswa-siswi yang sibuk bercengkrama. Siswa-siswi seketika merdeka ketika mengetahui bahwa guru-guru sedang mengadakan rapat.

Dara berjalan membelah keramaian koridor dengan senandung kecil, kaki jenjangnya terus melangkah menuju kelasnya. Bisik-bisik terus di lontarkan kepada Dara ketika melintasi koridor yang di penuhi gerombolan siswi kelas sepuluh.

Merasa jengah Dara menghentikan langkahnya dan berbalik menatap tajam satu persatu siswi-siswi itu. "Kalau lo pada punya nyali ngomong di depan gue jangan beraninya ngomong di belakang, " sergah Dara sontak membuat segerombolan siswi itu terdiam.

Dara mengedarkan pandangannya ke seluruh koridor yang begitu ramai tapi matanya tertarik melirik lorong koridor yang tampak sepi dan di penuhi oleh sebagian inti Thanos Geng, keningnya berkerut melihat keberadaan sosok cewek yang tak pernah ia lihat sebelumnya berdiri di samping cowok yang membuatnya hampir terlambat ralat sudah terlambat.

GUNTUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang