Pikiran Dara berkecamuk memikirkan kejadian semalam. Bayangkan saja, Phobianya kambuh disaat yang tidak tepat, dan itu karena melihat aksi Guntur yang sangat jauh dari sikap aslinya.
Seketika Dara teringat akan ucapan Guntur subuh tadi ketika ia sadarkan diri dan terkejut melihat ruangan yang sama sekali bukan kamarnya ataupun rumahnya. Melainkan ia tertidur di kamar cowok tersebut yang berada di apartement pribadi milik cowok itu.
"Jangan coba-coba buka mulut lo kalau lo mau hidup aman."
Begitulah ucapan Guntur sebelum Dara meninggalkan apartement miliknya.
Belum selesai sampai disitu masalah yang Dara alami. Sampai di rumah, rupanya Mamanya kembali murka atas kelakuannya yang semalam tak pulang ke rumah. Untungnya kakaknya memberi alasan yang cukup logis kepada Mamanya agar tidak berpikir macam-macam tentang Dara.
"Ngelamun mulu, kesambet jalangkung baru yaho lo," celetuk Noren sembari menepuk pelan bahu Dara.
"Apaan dah jalangkung. Jalangkung aja takut sama gue," bangga Dara.
"Emang lo tau jalangkung yang gue maksud?" tanya Noren membuat kening Dara tertekuk.
"Maksud lo gima-"
"Hallo Daranya gue," ucapan Dara terpotong oleh seruan Candra yang menampilkan senyum sumringah ke arahnya.
"Nih jalangkungnya, datang ngak di undang tiba-tiba nonggol," sela Noren sembari melirik Candra yang melototkan matanya.
"Enak aja katain gue jalangkung, liat tuh muka lo, sebelas duabelas sama penunggu pohon mangga di belakang sekolah," sembur Candra bersedekap dada.
Noren menatap nyalang Candra yang sedang menatapnya dengan tatapan mengejek. "Siapa lo berani katain gue?"
"Lo belum tahu gue, kenalin gue cowok paling tampan di sekolah ini," balas Candra tidak lupa dengan wajah tenggilnya.
Pletak.
Noren reflek menampol wajah Candra menggunakan buku tulis Acha yang tadinya tertata rapi di atas meja.
"Buku gue bisa rusak," ucap Acha spontan ketika melihat bukunya mendarat mulus di wajah Candra.
"Harusnya lo kasianin muka gue yang kena tampol sama teman lo itu, bukan bukunya," sembur Candra.
Acha menatap Candra dengan kening berkerut. "Emang pantas kok muka lo kena tampol. Asal lo tahu semua cewek di sekolah ini udah tahu sikap asli lo yang playboy itu," perkataan Acha sontak membuat Candra terhenyak, kedua matanya senantiasa melonggo mendengar ucapan Acha yang panjang tapi mampu menyentil hatinya.
"Makan tuh," sahut Noren tertawa terpingkal-pingkal melihat mimik wajah Candra.
"Heh kambing ngapain lo disini? Ngak ada akhlak lo, bukannya ke ruang guru ngambil jurnal malah nyasar dimari," ujar Rava menatap heran Candra yang kesasar di kelas XII. Ips1.
"Lo ngak dengar kata Bu Caca yang nyuruh ngambil jurnal dimari?" sentak Candra memutar bola matanya malas.
"Bu Caca emang nitip jurnal ke ketua kelas, bukan sama Dara," tekan Noren menatap sengit Candra.
"Tapi gue kan mau tanya sama Dara, kenapa lo yang nyolot," sungut Candra.
"Lo aja yang cari kesempatan. Dimana-mana pasti tanya ke ketua kelas bukan sama Dara, Dara ngak punya jabatan di kelas ini," Noren meninggikan suaranya, menghadapai makhluk di depannya sangat menguras energinya.
"Buruan minta ke ketua kelasnya, Bu Caca mulai berkoar-koar di kelas, mau lo kena cakar sama tuh guru?" titah Rava sembari mendorong bahu temannya agar menggambil jurnal guru yang sedang mengajar di kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR
Novela JuvenilCerita kehidupan sosok Guntur Dewantara. Sang ketua geng motor yang terkenal di seluruh jalanan. Thanos Geng akan bertindak ketika mereka di usik atau bahkan di tantang. Jangan berani dengan Thanos Geng jika masih menyayangi nyawa, karena Thanos Gen...