15. Truth Or Dare

1.5K 113 2
                                        

"Lo itu seperti perekat yang sewaktu-waktu bisa gue lepas gitu aja, ingat itu."

~Guntur Dewantara

HAPPY READING

•••

"Akhirnya lo kena juga."

"Alhamdulillah, dari sekian lamanya gue menunggu akhirnya lo kena juga. Wajib yasinan ini mah." celetuk Acha dramatis.

"Tuh mulut mau gue masukin sunlight, pake yasinan segala, lo kira gue mayat apa," sembur Dara tak terima.

"Sans dong Dar, kayak lagi PMS aja," sahut Acha.

"Udah ngak usah ribut kita lagi main," lerai Noren memijat pangkal hidungnya.

"Truth or dare?" tanya Acha dan Noren serentak.

Dara bersedekap dada. "Gue mau coba dare dari kalian,"

Acha membisikan sesuatu ke telinga Noren, Dara mengerutkan keningnya melihat wajah keduanya yang tersenyum penuh arti.

"Satu kali duapuluh empat jam harus bareng Guntur," kata Acha dan Noren membuat Dara membulatkan matanya.

"Gue ngak mau. Ganti yang lain, yang ada kepala gue mau pecah," elak Dara. Satu menit bersama cowok tersebut saja sudah kesal bukan kepalang.

"Keputusan ngak bisa di rubah, kalau lo ngak berani berarti lo suka sama Guntur," pungkas Noren.

"GAK ENAK AJA," pekik Dara, sampai Ipin berambut pun Dara tidak akan menyukai cowok tembok itu.

"KITA NGAK TERIMA PENOLAKAN DARA," balas Noren dan Acha serentak, Dara menghela nafas panjang. Semoga kali ini dewi fortuna memihak padanya.

"Fine gue terima, kalau gue berhasil kalian harus kabulin semua permintaan gue," kata Dara mantap.

Noren mengganggukan kepalanya, nenurutnya Dara pasti gagal. "Apapun itu. Tapi, kalau lo gagal lo harus siap terima permintaan kita."

"Yap gue setuju," timpal Acha. Seratus persen Dara pasti gagal.

"Okey. Dare di mulai dari sekarang."

Ketiga cewek tersebut berjalan keluar kelas menuju tempat yang selalu menjadi favorit bagi siswa-siswi, yaitu kantin sekolah.

oOo

"Kok minta putus sih sayang," Candra panik mendengar balasan sang penelpon.

"Aku ngak duain kamu, kok minta putus," Candra berusaha menyembunyikan fakta tentang kelakuannya terhadap kaum hawa.

"Bukan duain tapi di kelompokin," celetuk Jevon memutar bola matanya malas mendengar pembicaraan Candra dengan sang penelpon yang sudah jelas salah satu dari kekasihnya yang tersebar di berbagai sekolah.

"Diam lo curut ngak usah komporin," umpat Candra menjauhkan ponselnya agar tak di dengar.

"Jangan putus ya," pinta Candra dengan mimik minta di tampol oleh Rava.

"Dimatiin lagi," kesal Candra, pasalnya permintaannya tak di indahkan oleh sang kekasih.

"Yah cewek gue kurang satu padahal udah yang ke 99, pupus harapan gue mau koleksi sampai yang ke 100," keluh Candra.

Pletak.

"Sakit bego," umpat Candra ketika tangan Rava berhasil menjitak kepalanya.

"Kena karma baru tahu rasa lo," desis Rava.

Candra bersedekap dada. "Hidup di bawa santuy aja, lagian gue ngak pernah bawa perasaan."

GUNTUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang