"Bu, kami ngak salah dan kami ngak mau di hukum" bantahan serta tolakan mentah keluar dari mulut salah satu siswa berpenampilan urakan yang sedang di introgasi oleh seorang guru.
"Jangan ngelak, jelas-jelas kalian yang melakukan itu, dasar murid pembangkang," sarkas sang guru menatap geram murid-muridnya yang selalu melanggar peraturan sekolah.
"Ibu salah paham tadi kami hanya menangkap cicak di tembok, ngak lebih," celetuk siswa lainnya.
Ruangan yang paling menakutkan itu di isi sekitar delapan remaja pria yang lagi-lagi tertangkap basah ketika hendak melompati pagar belakang sekolah. Bu Susan memijit pangkal hidungnya, selain nama Dara yang penuh di daftar buku merahnya, ternyata kedelapan remaja di depannya juga sering kali menambah catatannya hingga penuh.
"Sampai kapan kelakuan kalian seperti ini terus, kalian sudah kelas duabelas harusnya kalian memberi contoh yang baik kepada adik kelas kalian, bukan berbuat ulah seperti ini. Apa kalian tidak malu seperti ini terus?" kata Bu Susan sembari menggelengkan kepalanya menatap satu persatu muridnya.
"Sekolah tanpa kasus ngak ada kenangan sampai lulus Bu."
"Iya Bu, saya setuju dengan Virgo, sekolah tiga tahun tapi ngak ada kenangan itu hambar Bu."
"Seperti hidup tanpa cinta itu hambar angak ada manis-manisnya."
Brakkk.
Meja di depan kedelapan cowok tersebut sedikit bergeser kala Bu Susan mengebrak meja cukup kuat, menghadapi murid bandel memang membutuhkan kesabaran yang ekstra. Apalagi muridnya seperti Candra yang selalu menyangkut-pautkan perihal cinta padahal guru di depannya sedang dalam mode ngamuk.
"Lebih baik kalian ke lapangan sekarang, berdiri sampai bel pulang berbunyi. Murid seperti kalian sepertinya kurang didikan dari orang tua," titah Bu Susan tanpa bantahan, namun cowok yang sedari tadi terdiam di tempatnya sontak mengepalkan tangannya kuat, ia tak suka jika orang tuanya di libatkan.
"Semua orang pasti berubah dan itu atas kemauan bukan paksaan. Ibu ngak berhak atur kami apalagi membawa nama orang tua kami."
Bu Susan terdiam di tempatnya ketika mendengar ucapan pedas muridnya. Ia sedikit terkejut mendapat respon seperti itu, parkataannya memang kasar tapi maksudnya bukan menyinggung pihak manapun.
Kedelapan cowok tersebut keluar mengikuti sang ketua yang berjalan menuju lapangan yang sangat terik.
"Gila, panas banget," ujar Edward mengangkat telapak tangannya ke udara agar menghalangi sinar matahari yang menerpa wajahnya.
Kedelapan cowok tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah inti Thanos Geng yang harus menjalani nasib sial yang menimpa mereka. Lagi-lagi mereka kedapatan oleh sang guru BP ketika hendak bolos.
Guntur berjalan ke arah pohon pelindung yang terletak di tepi lapangan. Dan hal itu tak luput dari pandangan teman-temannya.
"Daripada jadi ikan kering di sini, mending ikut Pak Bos rebahan di bawah pohon," celetuk Jenus lantas meninggalkan lapangan.
Jordi celingak-celinguk memastikan keadaan, semoga Bu Susan tidak datang melihat kelakuan mereka.
"Bu, kami capek pengen istrahat ngak papa kan Bu? Iya ngak papa, kalian kan murid paling the best," kata Jordi seolah sedang bertanya namun ia juga yang menjawab. Dasar Jordi Jonathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR
Teen FictionCerita kehidupan sosok Guntur Dewantara. Sang ketua geng motor yang terkenal di seluruh jalanan. Thanos Geng akan bertindak ketika mereka di usik atau bahkan di tantang. Jangan berani dengan Thanos Geng jika masih menyayangi nyawa, karena Thanos Gen...