31. Berangkat Bersama

522 21 2
                                    

*Happy Reading*
*Tinggalkan jejak terlebih dahulu*

Guntur berlutut di depan Dara, hingga refleks Dara memundurkan sedikit tubuhnya. "Lo kenapa jongkok?" tanya Dara bingung.

"Mungkin bagi lo gue ngak mungkin lakuin hal yang sebelumnya ngak ada di dalam pikiran gue. Tapi, dengan apa yang lo lihat sekarang itu jelas dan nyata, hati gue milih lo. Berbanding terbalik dengan logika gue yang selalu pikirin Agis. Adara Nathania, gue sayang sama lo."

Deg.

Jantung Dara berdesir hebat, antara senang dan sedih. Di satu sisi Dara senang karena Guntur mengungkapkan isi hatinya. Namun, di sisi lain logika cowok itu berbeda. Ada wanita lain yang selalu mengganggu ketenangannya.

"Lo serius?" tanya Dara tersenyum getir.

"Gue ngak pernah seserius ini ke cewek. Gue, Guntur Dewantara mau lo jadi cewek gue, Adara Nathania," ungkap Guntur tegas.

_______________🔥🔥🔥_______________

Ukiran senyuman yang begitu manis tak pernah luntur dari bibir perempuan yang sedang berjalan memasuki rumahnya yang selalu sepi. Bibir kecilnya terus bersenandung, sesekali kedua tangannya menepuk kedua pipinya yang masih memanas, apa ia tidak bermimpi bisa menjadi ratu di hati cowok yang selalu mengusik pikirannya.

Setelah menutup kembali pintu kamarnya, Dara langsung menyimpan tasnya dan langsung menghempaskan badannya ke kasur. Pikirannya kembali melayang pada saat di taman tadi.

Ungkapan Guntur membuat Dara tak mampu berkata-kata, semua ucapan laki-laki itu begitu tulus terpancar di manik matanya. Tak ada penolakan yang keluar dari bibir Dara ketika Guntur mengungkapkan perasaannya.

Kejadian itu seperti mimpi yang tak mungkin terjadi. Namun, semuanya sudah terbukti sekarang.

"Gu--gue."

"Detik ini lo udah jadi pacar gue, karena sebanyak apapun penolakan lo, gue nggak peduli!"

Kata-kata itu terus terputar di kepala Dara. Meskipun bukan ungkapan romantis yang ia dapat, tapi itu mampu membuat perutnya seperti di terbangi banyak kupu-kupu.

Drrrttt....

Ponsel Dara bergetar di saku rok abu-abunya. Dengan cepat gadis itu langsung mengambil ponselnya, pasti Guntur yang menghubunginya.

Senyum Dara luntur melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

Reonald Dion Atmajaya. Nama itu sontak membuat perasaan senang Dara memudar.

"Halo."

Dara mengigit bibirnya mencoba menahan tangisnya, ingin rasanya Dara berteriak jika ia sangat merindukan kedua kakaknya, ralat mantan kakaknya.

"Ha--halo," balas Dara terbata-bata.

"Kamu apa kabar, Dek? Kamu nggak pernah lagi mampir ke rumah ibu, kan?" ucapan Dion membuat Dara termenung. Semenjak kejadian itu, Dara sudah berjanji tak akan kembali lagi ke rumah mantan keluarganya.

"Dek, kamu nggak pa-pa, kan?" Tanya Dion di seberang sana.

"Dara baik kok, Kak," ucap Dara tertawa hambar.

Bibir kecilnya melengkung mengingat dulu, mengingat kelakuan kedua kakaknya yang begitu posesif kepadanya. Tapi, semuanya hanya sementara bukan selamanya. Sebulir cairan bening jatuh melawati pipinya. Terlalu sakit untuk mengingat semua kenangan itu.

Tangannya dengan cepat menghapus jejak air mata yang berhasil lolos, semuanya telah berbeda. Dara memejamkan sebentar matanya lalu membukanya kembali, Dara tersenyum kecut melihat layar ponselnya yang masih menyala memperlihatkan panggilan yang masih terhubung.

GUNTUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang