26. Sulit Di Percaya

1.3K 125 11
                                    

Yang ngak sabar baca part ini harus janji untuk comment di setiap paragraf nya!

Sebelum lanjut seperti biasa tekan bintang dulu okey!

Waktunya meluncur...

HAPPY READING

Kesunyian menemani Dara di gelapnya sang malam, deraian air mata kian deras melewati kedua pipinya dan jatuh di atas rumput hijau yang menjadi saksi kehancurannya.

Seseorang yang selalu ia bangga-banggakan ternyata bukanlah ibu kandungnya, ibu yang selalu ia sayangi walaupun dirinya tak pernah di harapkan. Ibu yang telah menggandung nya selama sembilan bulan ternyata telah pergi sedari dulu, sejak ia lahir ke dunia.

Rasa sakit yang Dara rasakan tak bisa di deskripsikan lagi, harapan kecil yang selalu ia tunggu telah terkubur dengan kenyataan yang begitu menyakitkan. Dara ingin sekali merasakan betapa senangnya di sayangi oleh seorang ibu.

"Kenapa harus gue? Kenapa harus gue yang rasain semuanya. KENAPA?" Teriakan penuh luka keluar dari bibir Dara yang gemetar, hembusan angin kian kencang seolah turut merasakan kesedihannya.

"Harusnya gue juga mati waktu itu. Harusnya gue ngak hidup di saat satu nyawa terancam."

"Gue ngak mau hidup lagi, gue ngak mau hidup seorang diri. Gue kangen sama ibu kandung gue."

Dara terduduk di rumput hijau yang mulai memunculkan embun. Rasa dingin yang Dara rasakan tak setara dengan rasa kekecewaan yang terus menghujani rongga dadanya.

Flashback on.

"Yah, ucapan Ibu bohong kan? Ucapan Ibu ngak bener kan Yah. Jawab Dara?" pinta Dara.

Dara terus memohon, kedua matanya sembab karena air mata yang tak bisa di tahan, sedangkan Alfian menatap Dara dengan penuh penyesalan.

"Maafkan Ayah Dara, ucapan Ibumu memang benar kamu bukanlah saudara dari Dion dan Dirga."

"Diandra Clarissa, Ibu kandung mu telah meninggal ketika melahirkan kamu di rumah sakit, dan memohon kepada Ayah agar mengasuh kamu," tutur Alfian, tangannya terangkat hendak mengelus rambut Dara namun Dara menghindari sentuhan Ayahnya.

Dion dan Dirga shock mendengar ucapan Ayah mereka, selama mereka kecil dan sampai sekarang, mereka tak tahu seluk beluk kehidupan Dara. Dari usia Dara berumur satu bulan, Ibunya memang selalu menolak ketika Ayahnya menyuruh untuk menyusui Dara. Saat itu usia Dion berumur 5 tahun sedangkan usia Dirga masih berumur 2 tahun.

Pantas saja setiap hari ada saja perdebatan antara Arwinda dan Alfian dan itu terjadi karena Dara yang terus menangis karena membutuhkan asi.

Dara menggelengkan kepalanya lirih, ia menatap Arwinda yang juga menatapnya puas. Senyuman kebahagiaan tersendiri untuk wanita paruh baya itu.

"Lalu Ayah kandung Dara siapa Yah?" Sekuat tenaga Dara menahan rasa sesak di dadanya.

"Dara, kamu anak yang baik walaupun kamu bukan anggota keluarga ini tetapi kami sudah menganggap kamu sebagai anggota keluarga di sini. Jangan sedih ya Nak."

GUNTUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang