Di bawah terik matahari tepatnya di jalan ibu kota yang begitu padat, sebuah motor sport yang di tumpangi oleh dua remaja berseragam SMA tampak menegangkan, tak ada percakapan yang mengisi perjalanan diantara keduanya. Aura dingin tercetak jelas di wajah sosok cewek yang berada di belakang sang pengemudi sedangkan sang pengemudi terlihat tenang melajukan motornya, tatapan tajamnya fokus melihat jalan tetapi sesekali melirik ke belakang melalui kaca spion.
Dara mengerutkan keningnya ketika motor yang Guntur kendarai berhenti di tepi jalan.
"Makan dulu," ujar Guntur seraya melepas helm fullfacenya.
"Gak," tolak Dara dengan nada dingin.
"Yaudah." Guntur melangkah meninggalkan Dara begitu saja.
Dara mengepalkan kedua tangannya. "Dasar titisan manusia tembok," cibirnya. Dara menolak ajakan Guntur hanya semata-mata agar cowok itu memaksanya atau tidak membujuknya untuk makan bersama, tapi ekspetasinya sangat tidak mungkin. Dengan menahan kesalnya, Dara segera menyusul Guntur yang sejak tadi duduk manis di dalam warung kecil.
"Ngapain?" tanya Guntur ketika melihat gerak-gerik Dara.
"Makan. Ngak boleh?" cetus Dara.
"Boleh," sahut Guntur cepat.
Keduanya sama-sama diam, Dara sibuk mengedarkan pandangannya melihat isi warung yang sangat sederhana. "Wargah," beo Dara dengan kening berkerut.
"Warung Bu Ganiah," sambung Guntur tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
Dara hanya ber oh ria sebagai balasan.
"Nak Guntur mau pesan apa?" tanya Bu Ganiah ketika menghampiri meja yang di tempati oleh Guntur dan Dara.
"Seperti biasa aja Bu," balas Guntur sopan.
"Kalau pacarnya?" tanya Bu Ganiah lagi dengan pandangan mengarah pada Dara.
"Saya bukan pacar dia," sela Dara. "Nasi goreng aja Bu sama es teh," lanjut Dara.
"Neng nya malu ya, saya juga pernah muda loh neng. Masa-masa kasmaran emang gitu kok," ungkap Bu Ganiah kemudian berlalu dari hadapan Dara yang masih mencerna setiap kalimat yang terlontar dari mulut sang pemilik warung itu.
"Lucu," lontar Guntur dengan suara yang pelan.
"Apa lo," sentak Dara ketika melihat Guntur yang tersenyum tipis ke arahnya.
"Silahkan di nikmati," potong Bu Ganiah yang datang dengan membawa nampan berisikan makanan yang nantinya akan di santap oleh Guntur dan juga Dara.
***
"Dara," panggil seseorang yang tak di kenali oleh empunya pasalnya sosok itu menutup sebagian wajahnya dengan tudung hoodie yang ia kenakan.
Dara menghentikan langkahnya yang hendak memasuki pekarangan rumahnya, setelah cukup lama ia berdebat dengan manusia tembok alias Guntur kini ia harus menunda istrahatnya karena sosok aneh yang berdiri di seberang jalan.
Perlahan sosok itu melangkah menyebrangi jalan demi sampai ke hadapan Dara. "Hai," sapanya.
"Ngapain lo disini?" sentak Dara dengan nada ketus.
Sosok di depannya terkekeh, "Emang ngak boleh ke rumah gebetan."
"Berapa kali gue bilang, jangan pernah muncul di hadapan gue," tekan Dara kepada Alaska yang masih mempertahankan senyum manisnya.
"Dara yang dulu mana? Dara yang gue kenal baik dan selalu ngejar gue," ujar Alaska santai sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Dara terbahak mendengar ucapan Alaska yang menurutnya sangat percaya diri. "Ngejar? Bahkan gue ngak pernah langkahin kaki gue buat cowok ngak tau diri kayak lo," tukas Dara hingga membuat Alaska terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR
Teen FictionCerita kehidupan sosok Guntur Dewantara. Sang ketua geng motor yang terkenal di seluruh jalanan. Thanos Geng akan bertindak ketika mereka di usik atau bahkan di tantang. Jangan berani dengan Thanos Geng jika masih menyayangi nyawa, karena Thanos Gen...