Di kamar seorang gadis dengan nuansa hitam putih tampaknya sedang tidak baik-baik saja, bisa di lihat dari sang pemilik kamar yang terduduk di kasur sembari memegangi perutnya yang sedari tadi berbunyi meminta asupan.
Malam ini Dara sengaja tidak ikut makan malam bersama keluarganya yang tidak pernah menggapnya, kecuali kedua kakaknya yang sangat menyayangi Dara.
Dara menolak ajakan makan malam dengan alasan masih kenyang, padahal kenyataannya berbanding terbalik dengan kondisi perutnya yang berjoget ria di dalam sana.
Pukul dua belas malam ini sepertinya Dara akan ke supermarket terdekat untuk membeli cemilan guna menganjal lapar, berhubung semua orang pasti telah terlelap. Jadi, rencananya akan berjalan mulus.
"Percuma gue punya kulkas cadangan tapi ngak guna," dumel Dara memandangi kulkas kecil di pojokan kamarnya yang tak terisi apapun.
"Percuma juga gue gembok kalau kuncinya selalu di dapetin sama tuh kakak laknat," Dara terus saja mendumel membayangkan sosok Dirga yang selalu mencuri cemilan di kulkasnya secara diam-diam.
"Jaket kulit udah, kunci motor udah, ponsel udah, apalagi ya?" ucap Dara mengabsen satu persatu kesiapannya untuk segera ke supermarket.
"Oh iya uang gue, jangan sampe ketinggalan, bisa-bisa gue tidur di sana karena ngak bisa bayar."
Dara membuka pintu kamarnya secara perlahan, jalan mengendap-ngendap sembari celungak-celinguk melihat keadaan rumah yang sudah gelap.
"Udah pada tidur nih kayaknya," gumam Dara melangkahkan kakinya menuruni satu per satu undakan tangga.
Baru saja tangannya memegang gangang pintu, tetapi lampu ruangan tengah tiba-tiba menyala dan langsung membuat Dara menegang di tempatnya berpijak.
"Mau kemana Dek?" tanya Dion seraya menghampiri Dara yang kini bernafas lega. Kalau tadi Mamanya sudah pasti perang dunia ketiga kembali terjadi.
"Kakak ngagetin aja," balas Dara memutar badannya menghadap sang kakak.
"Lagian penampilan kamu kayak maling, buat kakak was-was aja. Emang kamu mau kemana malem-malem gini?"
"Supermarket."
"Inikan udah malem banget, mau beli apa emang?"
"Beli cemilan."
"Emang di kulkas ngak ada cemilan apa?"
"Ngak ada."
"Bukannya kamu masih kenyang pas kakak ajakin makan bareng? Kenapa mau keluar beli cemilan?"
"Aduh kak, introgasinya nanti aja ya kalau Dara pulang," ucap Dara jengah mendapat pertanyaan bertubi-tubi dari Dion.
"Kakak anterin ya, inikan udah malem banget ngak baik buat kamu," tawar Dion dan langsung di balas gelengan kepala oleh Dara.
"Ngak usah kak, Dara bisa jaga diri kok," pungkas Dara segera keluar dari rumah dan berjalan ke arah garasi guna menggambil motor yang sudah lama tidak ia pakai.
Semilir angin menerpa wajahnya yang tidak tertutupi oleh helm full facenya. Jalan yang sepi mendukung aksi kebut-kebutan Dara. Sudah lama ia tidak melakukan hal segila ini setelah kakaknya melarang keras untuk memakai motor yang akan membahayakan dirinya, padahal Dara sudah terbiasa melakukannya.
Tidak memakan waktu lama untuk sampai di parkiran supermarket depan komplek perumahannya. Rupanya supermarket tersebut masih ramai karena selalu terbuka selama dua puluh empat jam.
Kaki jenjangnya melangkah menuju pintu supermarket. Memilih berbagai cemilan kesukaannya yang nantinya mengisi kulkas mini di dalam kamarnya.
"Total harga semuanya lima ratus dua puluh ribu dek," ujar penjaga kasir tersebut setelah menghitung harga setiap cemilan yang Dara beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR
Teen FictionCerita kehidupan sosok Guntur Dewantara. Sang ketua geng motor yang terkenal di seluruh jalanan. Thanos Geng akan bertindak ketika mereka di usik atau bahkan di tantang. Jangan berani dengan Thanos Geng jika masih menyayangi nyawa, karena Thanos Gen...