19. Antara Noren Dan Jevon

1.4K 103 2
                                    

Seluruh pasang mata tertuju ke arah sebuah motor yang baru memasuki parkiran sekolah. Bisik-bisik mulai menguar ketika pusat perhatian berjalan beriringan ke lorong koridor. Desas-desus siswa-siswi kian terdengar ketika Dara menggenggam tangan kokoh Guntur yang tidak di masukan kedalam saku celana abu-abunya.

Senyum miring tercetak jelas di bibir Dara. Sedangkan Guntur hanya menulikan telinganya, bisikan-bisikan itu ia anggap angin lalu toh ini juga rencana gadis di sampingnya.

Seluruh murid SMA Galaksi heboh di pagi hari hanya karena melihat pentolan sekolah bergandengan tangan dengan siswi bar-bar yang terkenal karena kenakalannya.

"Pagi-pagi udah buat nyesek kaum jomblo aja," celetuk Jevon yang entah datang dari mana dan tiba-tiba muncul di samping Guntur.

"Tau nih, pagi-pagi udah bikin iri aja," timpal Noren yang tiba-tiba berdiri disamping Dara bersama dengan Acha yang selalu mengekor.

"Kalau iri ya jadian aja sama Jevon biar ada gandengan, iya ngak Jev?" sahut Candra mencoba merayu Noren yang di kenal jutek ke seluruh cowok.

"Gue setuju, kan seru tuh biar Dara punya saingan," kata Acha menimpali dan mendukung ide yang Candra lontarkan.

"DIAM DEH," sentak Noren dan Jevon serempak.

Keduanya salah tingkah ketika mengucapkan kata yang sama, dan lebih parahnya di tempat umum seperti ini.

"Ekhem, kalau saling suka ngak usah gengsi," pungkas Rava melirik Noren dan Jevon bergantian.

"Sok tahu lo babi," umpat Jevon, netranya sempat bertemu dengan netra milik Noren meskipun hanya berdurasi satu detik.

Entah bagaimana ekspresi para siswa-siswi yang mendengar perbincangan para most wanted sekolah, intinya sangat berefek bagi mereka yang mempunyai riwayat penyakit iri dan berstatus jomblo, mereka hanya mampu berhayal agar suatu saat nanti bisa di lirik oleh ketujuh remaja yang sedari tadi menjadi sorotan dan mengabaikan berbagai tatapan memuja dan rasa kagum para siswa-siswi.

"Udah-udah kasian temen gue kayak nahan berak gara-gara kalian, mending kita ke kelas guys," ujar Dara sembari menarik kedua sahabatnya menuju kelas mereka yang letaknya tidak jauh lagi.

"Ngak ngerti banget sih lo, gue itu lagi nahan malu bukan nahan berak monyet," sentak Noren tidak terima. Ia sangat malu dengan keadaan tadi, tapi Dara justru semakin membuatnya malu, walaupun ia di kenal jutek tapi ia masih punya malu juga keles.

Dara mendaratkan bokongnya di tempat duduknya. "Kita lebih malu karena punya temen yang diem-diem pendam rasa dan gengsi buat cerita."

Noren terdiam di tempatnya, perkataan Dara bagai pukulan telak untuknya. Ia tak punya nyali untuk mengatakan perasaannya kepada kedua sahabatnya ini.

"Udahlah Ren, cerita aja kita bakal dengerin kok lagi pula untuk apa lo pendam sendiri," timpal Acha seraya menepuk bahu Noren pelan. Keterdiaman Noren telah cukup menjawab semua pertanyaan yang hinggap di kepalanya.

"Maaf," cicit Noren menundukan kepalanya, ia kira kedua sahabatnya akan melarang keras perasaannya yang tumbuh entah kapan.

"Jadi lo beneran suka sama Jevon? Kalau ia gue yakin dia juga rasain yang sama kayak lo," ucap Dara, mengapa ia berkata seperti itu? Karena Dara tahu dari tatapan lelaki itu ketika melirik Noren.

"Gue ngak tahu Dar, selama gue kenal cowok belum pernah gue liat cowok setulus Jevon, pikiran gue ngomong enggak tapi perasaan gue ngomong kalau gue suka sama Jevon," kata Noren frustasi, ia sendiri bingung dengan perasaannya.

"Gue tunggu kabar baiknya ya Ren, lumayan buat isi perut gue," sahut Acha.

Noren memutar bola matanya malas. "Hidup lo gratis mulu perasaan, percuma tahu ngak ortu lo punya perusahaan yang terkenal dimana-mana, tapi anaknya kayak orang miskin," cibir Noren.

GUNTUR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang