Selamat Tinggal

910 108 12
                                    

     sudah hampir seminggu setelah kejadian itu, namun Fathim tak juga mau membuka dirinya seperti biasa.  Ia lebih banyak mengurung dirinya didalam kamar, bahkan kerap kali ia tak menggubris keberadaan Abang dan kakak iparnya. Jangankan untuk melihatnya tersenyum, untuk menyuruhnya makan saja membutuhkan perjuangan ekstra dari para keluarga.

      Keluarganya berharap ada sosok teman atau sahabat yang akan datang kerumah mereka dan berinisiatif untuk menghibur keterpurukan Fathim. Namun sayangnya semua itu tidak terjadi, seperti yang kalian tau Fathim tidak memiliki hal itu. Pihak sekolah memang ada yang datang untuk bela sungkawa namun hanya sebatas perwakilan guru dan OSIS saja, itupun tidak ada yang berniat untuk menemui Fathim.

    Hingga akhirnya berbagai cara untuk menghibur Fathim, dilakukan oleh keluarganya mulai dari Farel, Reno, Lesti, Lia, bahkan Rio. Namun, tak satupun dari mereka berhasil mengembalikan keadaan Fathim seperti sedia kala. Mereka berfikir, keberadaan Fathim dirumah ini hanya akan memperdalam dukanya mengingat banyak kenangan yang dilalui bersama orang tua mereka ditempat ini.

    Mereka semua pun memutuskan untuk membawa Fathim tinggal disalah satu rumah Abang nya yang sudah berkeluarga.

*****

    "Fathim, makan dulu ya," ujar Lesti yang  sudah seminggu ini tinggal dikediaman mendiang mertuanya. Dan hanya gelengan yang dijadikan jawaban oleh Fathim.


   "Kamu gak boleh gini terus loh, nanti mami sama papi bakalan sedih kalau lihat anak gadisnya gak mau makan gini," Lesti mencoba membujuk Fathim.

     "Kak, Fathim banyak salah ya sampai mami sama papi pergi ninggalin Fathim?"

     "Enggak sayang, kamu anak pinter. Mami sama papi justru bangga sama kamu. Semua yang terjadi saat ini adalah kehendak Tuhan, Kamu harus ikhlas. Buat mereka tenang disana, dan buktikan bahwa kamu akan tetap maju demi mencapai kesuksesan dan membahagiakan mereka yang melihat kamu dari alam yang berbeda."

      "Makasih kak udah nemenin Fathim selama ini. Nanti Fathim bakalan makan kok, ditaruh dimeja aja dulu piringnya." Jawaban dari Fathim tentu saja membuat senyum Lesti mengambang diwajahnya.

    Dan tak lama setelahnya, Rio dan Lia masuk kedalam kamar Fathim. Mendengar Fathim yang sudah mau menerima makanan yang diberikan membuat keduanya ikut merasakan kebahagiaan.

    "Fathim, Abang gak mau lihat kamu seperti ini terus. Abang harap kamu ngerti karena nanti Abang sama Lia bakalan bawa kamu kerumah kami," ujar Rio spontan dan mendapatkan pelototan dari Lia, istrinya.

    Rio sebagai anak pertama dan penerus keluarga memang memiliki wibawa dan ketegasan yang tinggi. Diusianya yang baru beranjak 30 tahun itu membuatnya banyak dihargai karena kepribadian yang ia miliki. Dan sebenarnya, Fathim paling takut dengan abangnya yang satu ini.

    "Fathim, kamu pasti kaget banget ya bang Rio ngomong gitu. Jadi sebenarnya begini, kami hanya tidak ingin kamu terlalu terlarut dalam kesedihan itu akan berdampak buruk bagi kamu, orang sekitar juga mami sama papi yang akan merasa bersalah nantinya," ujar Lia menjelaskan secara perlahan.

    "Jadi akan lebih baik kamu tinggal bersama kami untuk saat ini. Dan jika suatu hari nanti kamu sudah merasa lebih baik, kamu akan tetap bisa kembali kerumah ini. Kakak tidak ingin terlalu memaksakan kamu, tapi kakk harap kamu pikirkan hal ini baik-baik ya," sambungnya kemudian.

     Dan karena tak kunjung mendapatkan jawaban dan respon apapun dari Fathim, mereka semua meninggalkan nya sendiri, agar bisa menenangkan diri.

*****

    Pagi ini semuanya berkumpul dimeja makan, karena Rio dan Lia kemaren menginap disini suasananya menjadi semakin ramai terlebih Fathim sudah mau keluar dari kamar dan ikut bergabung di meja makan. Ya, meskipun ia tak banyak bicara dan tersenyum, hanya ada tatapan kosong yang terpancar dari wajahnya.

     Tak banyak nasi yang Fathim makan, tidak seperti biasanya. Hal itu membuat Farel merindukan keadaan dimana setiap pagi ia akan meledek dan menasehati adiknya yang sudah pasti akan langsung dibela oleh mami Aira dan kemudian papi Rafi yang akan menengahinya.

     Bukan hanya Farel yang merindukan hal itu, Reno juga merindukan adiknya yang akan rakus ketika makan dan mengakibatkan Lesti memarahinya karena mendapatkan aduan dari Fathim bahwa ia sudah meledeknya. Ya, Reno memang ingin adiknya sedikit saja memikirkan porsi tubuhnya yang sudah berlebihan itu namun bukan berarti dalam keadaan yang seperti sekarang ini.

   Rio yang sudah lama tidak bertemu dengan Fathim sudah sangat merindukan keceriaan yang dimiliki adiknya itu, biasanya Fathim akan semangat ketika Rio datang bersama Lia dan Fifi anaknya. Namun, takdir berkata lain Rio malah harus melihat kesedihan mendalam dari wajah ceria adiknya itu.

     "Bang.." panggilan dari Fathim membuat semua orang yang berada dimeja makan itu kini menatapnya dan meninggalkan segala pemikiran mereka.

    "Fathim bakalan ikut sama bang Rio kan?" Tanya Fathim dan diiyakan oleh mereka semua.

    "Itupun kalau Fathim mau, tapi kalau Fathim belum siap gak akan kami paksakan kok," Ucap Farel.

    "Fathim mau kok ikut sama bang Rio dan kak Lia. Fathim janji bakal kayak dulu lagi dan Fathim akan semakin giat belajar supaya mami sama papi bangga sama Fathim." Ujar Fathim tegas yang kini menampakan senyumnya meski masih dengan tatapan yang sendu.

     Dan saat ini terlihatlah wajah kebahagiaan dari semua orang yang merasa senang karena tuan putri mereka akan kembali seperti semula.

     "Tapi kalau Fathim ikut bang Rio, bang Farel gimana?" Tanya Fathim memikirkan nasib abangnya yang sebelumnya tinggal bersama dengannya dirumah ini.

     "Semuanya sudah Abang pikirkan, kamu ikut Abang dan Farel bakalan tinggal sama Reno. Dan, Fathim gak apa-apa kan kalau harus pindah sekolah?" Ujar Rio yang mendapatkan anggukan dari Fathim.

    'Baiklah, aku akan memulai hidup baruku ditempat bang Rio dan akan lebih memfokuskan diri untuk terus belajar. Selamat Tinggal rumah, kesedihan dan semuanya yang telah berlalu. Mami, papi, semoga keputusan Fathim benar ya!' batinnya.

     Fathim berfikir semuanya akan berjalan baik-baik saja. Maka dari itu, dengan sukarela ia menerima ajakan Abang nya itu, lagipula tidak ada yang harus disayangkan untuk meninggalkan sekolah lamanya. Toh, selama ini tidak ada yang peduli padanya, teman kelasnya pasti hanya akan merasa kehilangan sumber jawaban ketika ujian begitu juga dengan para guru yang hanya akan merasakan kehilangan sumber prestasi untuk membawa nama sekolah.

      Setelah lebih dari seminggu Fathim tidak bersekolah, kini ia justru akan pindah ke sekolah dan tempat tinggal yang baru. Apapun alasan dari keputusan Rio, Fathim tetap akan dengan tekadnya dan kembali pada dirinya yang seperti biasa. Fokus pada pelajaran dan ilmu pengetahuan.

     Tanpa Fathim sadari disinilah kehidupan barunya akan bermula. Saat dia harus ikut tinggal bersama Abang tertuanya dan menjalin kehidupan baru disekolah yang baru. Dengan kondisi dan suasana baru, serta lingkungan sekitar baru yang semuanya tidak pernah terpikirkan oleh Fathim akan menimpanya.

    

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang