Unknown number

502 70 1
                                    

    "Fathim, kita olahraganya pindah tempat ya biar gak bosen," ajak Davin. Ya... Setelah perjuangan panjang dan segala bujukan maaf Rio sudah mengizinkan Fathim untuk dekat dengan Davin lagi.

     "Terserah Lo ajalah." Dan mereka pun, mengendarai motor untuk pergi ke taman lainnya yang berbeda di luar komplek mereka.

    Sepanjang hari ini, Fathim tidak banyak bicara pada Davin. Masih ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. Yakni tentang apa hubungannya Fathim dengan ulang tahun Davin. Jujur saja, Fathim memang sudah sempat melupakan hal tersebut namun sayangnya mimpinya kemarin membuatnya semakin terbebani dengan pertanyaan yang tidak tahu harus ia tanyakan pada siapa.

     Mimpinya menggambarkan samar-samar tentang sosok anak kecil yang sedang berada di halaman rumah sederhana. Yang tampak asri dan enak dipandang mata karena banyaknya tanaman hijau. Tapi entahlah semuanya masih tampak samar dalam penglihatan Fathim, terlebih dua bocah yang sedang tampak bergembira dengan tapi ulang tahun yang terpasang di kepalanya. Wajah mereka memang tidak tampak jelas dalam mimpi Fathim, namun dari ukuran tubuh yang tampak samar itu dapat diperkirakan mereka anak dengan kisaran usia 11-13 tahun.

     Decitan rem motor Davin menyadarkan Fathim dari lamunannya. Ia tersentak kaget menyadari bahwa ternyata mereka sudah tiba di tempat tujuan mereka. Davin dengan segera menuntun Fathim untuk mencari lokasi yang tepat memulai aktivitas keseharian mereka yakni berlari di sore hari.

     "Fat, kok keliatannya gak semangat banget Lo hari ini. Lemes gitu, kenapa?" Tanya Davin yang menyadari perbedaan sifat Fathim.

     "Gue gak kenapa-napa kok, cuma..."ucap Fathim terpotong yang berhasil menciptakan kerutan pada kening Davin.

     "Ulang tahun lo kapan?" Tanya Fathim mengalihkan ucapannya.

     "Jadi yang Lo pikirin dari tadi tentang ulang tahun gue? Untuk berterima kasih ya karena gue udah berhasil nurunin berat badan Lo 5 kg!" Ucap Davin antusias sambil terkekeh dengan ucapannya sendiri.

     "Tinggal jawab aja kali!"Fathim dibuat heran dengan ucapan Davin, membuatnya membuang bola matanya malas.

     "Gak lama lagi kok, sabar aja," jawab Davin masih dengan kekehannya namun terhenti ketika melihat raut wajah Fathim yang semakin kesal dibuatnya.

     "Yaudah la yuk, kita pulang aja. Cape gue tuh." Hal itu pun diiyakan oleh Davin dan mereka segera menuju dimana motor ninja biru itu terparkir.

  ***

Ting!


    Terdengar suara dentingan handphone, Fathim yang baru selesai dengan urusan mandinya dibuat kaget akan hal itu. Selama ini handphone nya tidak pernah berdering sama sekali dan kini malah terdengar tanda pesan masuk. Yang ada di handphone Fathim hanya nomor keluarganya dan juga Davin yang tentu saja disimpan dengan paksaan. Padahal sudah Fathim beri tahu bahwa ia tidak pernah menggunakan handphone nya. Entah mengapa Davin tetap bersikeras untuk saling menukar nomor.

    Okey, Fathim bahkan tidak masuk dalam grup kelas di WhatsApp. Tentu saja karena Fathim memang tidak memiliki aplikasi tersebut. Tunggu tunggu, kita kembali pada kondisi saat ini. Siapa kira-kira yang mengirimkan pesan kepada Fathim saat ini. Apa mungkin Davin dan kejahilannya? Entahlah, lebih baik kita langsung memeriksanya saja sekarang.

    What? Unknown number. Dengan berbagai rasa penasaran Fathim membuka pesan itu. Foto siapa ini? Mengapa ada tiga anak kecil? Pasalnya Fathim tidak mengenali mereka semua. Seorang anak laki-laki yang berada ditengah-tengah anak perempuan dari dalam foto tersebut mereka tampak sedang bahagia. Kecuali anak perempuan yang berada di sebelah kiri, ia nampak sedang marah namun entah apa penyebabnya.

    Fathim mencoba untuk berfikir positif, bisa saja ini adalah orang yang salah mengirimkan pesan. Hal seperti itu sering terjadi saat ini. Namun, nomor tersebut kembali mengirimkan pesan.

"Kasian perempuan di sebelah kanan itu, namanya Aileen. Mereka bertiga berteman namun sayang Aileen sering terabaikan jika sedang bersama. Didalam foto itu, Aileen sedang kesal karena kedua temannya sibuk memainkan kucing sementara dirinya sangat geli dengan hewan tersebut, kedatangan papa dari si anak laki-laki langsung memotret momen tersebut." Begitu isi pesan yang dikirimkan oleh nomor tak dikenal itu.

    Fathim membacanya dengan seksama bahkan ia mengulang beberapa kali sebelum benar-benar memahami setiap kata yang dituliskan disana. Awalnya Fathim hendak mengabaikan pesan tersebut namun entah dorongan dari mana ia justru membalasnya.

"Maaf sepertinya anda salah nomor," begitu balasan dari Fathim.
 
"Saya tidak salah nomor, Athim. Fathim!" Nomor itu langsung membalas. Fathim semakin bingung dibuatnya, tapi sudahlah meladeni orang-orang seperti itu hanya akan membuang waktunya saja. Fathim akhirnya melepaskan benda pipih itu yang kemudian mematikannya agar tidak lagi mengganggu aktivitasnya.

    Seperti biasa, Fathim akan langsung menuju ke meja belajarnya. Dan kemudian membaca setiap kata yang dirangkai menjadi kalimat dalam lembaran-lembaran benda bercetak tebal disana. Tak hanya membaca semua itu, ia juga akan mencari bahan dari berbagai macam buku yang berbeda untuk memahami teori serta rumus-rumus lain yang belum dimengerti olehnya.

     Entah mengapa sejak mendapatkan pesan tadi, kepalanya mulai kembali berdenyut. Fathim tak pernah mempermasalahkan tentang hal ini sebelumnya, namun yang kali ini terasa lebih menyiksa dari yang biasanya bahkan ia sampai tak bisa fokus dengan buku yang ada dihadapannya saat ini. Ya Tuhan, kenapa lagi ini? Fathim sangat tidak nyaman dengan rasa sakit di kepalanya itu. Ia mencoba bangkit dari duduknya, hendak menuju ranjang yang ada di kamarnya.

     Beberapa langkah lagi ia akan sampai, namun sayangnya semua itu terlambat. Karena Fathim sudah kehilangan kesadarannya dan terbaring di lantai keramik kamarnya itu.

Fat? BodoAmat! [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang